digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pembangunan terowongan pada massa batuan lemah memerlukan pemahaman mendalam mengenai perilaku geomekanika dan pola redistribusi tegangan di sekitar bukaan galian. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi distribusi tegangan, tinggi dan lebar zona runtuh, serta beban vertikal yang bekerja pada sistem penyangga terowongan, dengan studi kasus pada Terowongan Samarinda STA0+325. Data lapangan diperoleh melalui pemantauan menggunakan pressure cells dan strain gauges, yang kemudian divalidasi menggunakan pemodelan numerik tiga dimensi berbasis metode elemen hingga (3D FEM) dengan perangkat lunak RS3. Analisis dilakukan pada kondisi tanpa penyangga dan dengan penyangga, serta dibandingkan dengan prediksi teori klasik Terzaghi, Bierbäumer, dan Protodyakonov. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi tanpa penyangga, tinggi zona runtuh (Hp) berada pada kisaran 3,68–4,19 m dan lebar runtuh (2B?) pada 18,46–19,15 m, sementara pemasangan penyangga mengurangi dimensi tersebut menjadi sekitar 2,12 m untuk Hp dan 15,12 m untuk 2B?. Perbedaan signifikan ditemukan antara hasil numerik dan data monitoring, terutama pada atap terowongan, yang dipengaruhi oleh kondisi topsoil asimetris dengan variasi elevasi 10–20 m. Penelitian ini menegaskan efektivitas pemasangan penyangga dalam mengurangi zona runtuh, serta menunjukkan perlunya metode numerik lanjutan untuk mengakomodasi heterogenitas dan kondisi topografi yang komp