Kebutuhan akan unsur timah dan mineral ikutannya diperlukan di era teknologi
ini. Salah satu eksplorasi timah dan unsur tanah jarang melalui pengayaan sekunder.
Pengayaan sekunder ini dikarenakan adanya proses erosi dan transportasi mineral bijih
timah dan unsur tanah jarang dalam proses fluvial. Pada daerah Air Biat, Bangka Barat,
terdapat data inti sedimen yang menunjukkan adanya pengayaan timah dan unsur tanah
jarang dalam lapisan sedimen tertentu. Lokasi data inti pengeboran berada di wilayah
fluvial dekat bukit granit, Bukit Menumbing, yang memiliki mineralisasi pengayaan
timah. Pada penelitian ini analisis sampel sedimen sedimen dilakukan pada fraksi
ukuran butir, yaitu fraksi +48-mesh (297-354 ?m), fraksi +100-mesh (149 ?m), dan
fraksi -100-mesh (<149 ?m). Unsur tanah jarang (UTJ) yang dianalisis adalah lantanum
dan cerium. Dari hasil analisis didapatkan kesimpulan bahwa korelasi kehadiran unsur
timah, lantanum, dan cerium menunjukan asosiasi yang kuat antar fraksinya. Korelasi
kehadiran unsur timah dengan cerium tiap fraksinya menunjukan asosiasi sedang.
Korelasi kehadiran unsur timah dengan lantanum tiap fraksinya menunjukkan asosiasi
sedang. Korelasi kehadiran unsur lantanum dengan cerium tiap fraksinya menunjukan
asosiasi yang kuat. Dalam penelitian ini didapatkan satu buah endapan kaksa dan empat
buah endapat mincan yang berada pada kedalaman 35 hingga 50 m dari permukaan
tanah. Kaksa dan mincan memiliki pola pesebaran melensa. Adapun kehadiran anomali
timah dan UTJ umunya dijumpai pada sedimen klastik pasir yaitu kerakal, kerikil, dan
pasir kasar. Harga ambang dari kandungan timah, cerium, dan lantanum berturut-turut
16.218 ppm, 1258,93 ppm, dan 1513,56 ppm. Kisaran nilai timah, lantanum, dan
cerium berturut-turut, 15,7 – 177.847 ppm, 80,25 – 5671 ppm, dan 120,05 – 5804 ppm.