Kementerian Kelautan dan Perikanan meningkatkan fokus pada produksi perikanan budidaya dengan menetapkan komoditas unggulan, salah satunya adalah ikan lele (Clarias gariepinus). Ikan lele memiliki nilai ekonomis yang tinggi, teknologi budidaya mudah diterapkan, permintaan pasar tinggi, dan mampu dikembangbiakan secara masal. Namun banyak pembudidaya ikan lele yang hanya dapat mempertahankan bisnisnya dalam beberapa siklus produksi. Hal tersebut menjadikan supply tidak mampu memenuhi demand ikan lele. Kendala terbesar dalam produksi ikan lele adalah harga pelet yang semakin tinggi. Maka inovasi yang dilakukan adalah menggunakan pakan alternatif pengganti pelet, yaitu maggot BSF (Black Soldier Fly) atau Hermetia illucens L. Maggot BSF merupakan pakan yang sehat dan alami, mudah untuk dikembangbiakan dan murah. Maggot BSF memiliki syarat kandungan protein yang sesuai dengan pedoman Standar Nasional Indonesia, yaitu 25,22%-41,22%. Budidaya lele terintegrasi BSF memberikan banyak keuntungan, namun tidak lepas dari permasalahan yang mengancam keberlanjutan usaha. Selain itu, dibutuhkan upaya untuk mengantisipasi dan mempersiapkan masa depan yang tidak pasti. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis status keberlanjutan serta merumuskan strategi pengelolaan usaha budidaya ikan lele terintegrasi dengan BSF di Jawa Barat dengan tinjauan ke masa depan. Metode pengambilan sampel adalah non probability sampling dengan pemilihan sampel berdasarkan purposive sampling. Penelitian dilakukan di lima lokasi usaha dengan total 37 responden dan 3 pakar. Data diperoleh dari wawancara mendalam, kuisioner, observasi lapangan, dan literatur. Analisis yang dilakukan diantaranya Multidimensional Scaling, analisis leverage dan Monte Carlo dalam RAPFISH (Rapid Appraisal for Fisheries) dan perumusan strategi pengelolaan menggunakan metode Foresight. Berdasarkan analisis, didapatkan status keberlanjutan usaha budidaya ikan lele terintegrasi dengan BSF pada tiga dimensi dikategorikan sangat berkelanjutan, yaitu dimensi ekologi (82,373%), dimensi ekonomi (75,172%), dan dimensi teknologi (82,562%). Sedangkan dimensi sosial memiliki status cukup berkelanjutan (65,410%). Strategi pengelolaan berdasarkan analisis foresight adalah meningkatkan tingkat kesintasan ikan melalui penerapan teknologi terkini, mengimplementasikan sistem pengolahan limbah yang efisien, menciptakan varian produk baru, investasi dan pengembangan dengan memperbesar kapasitas produksi, menjalin kemitraan, mencari investor, memperkuat jalur rantai pasok, meningkatkan efisiensi produksi.