digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pengembangan sistem mitigasi banjir di lokasi tambang Binungan diperlukan sebagai upaya meminimalisir resiko akibat banjir, luapan air sungai bisa masuk kedalam tambang terbuka (Pit) aktif, mengakibatkan korban jiwa dan kehilangan unit operasinal tambang karena tenggelam. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, setidaknya tercatat 2 kali kejadian banjir besar yang masuk kedalam Pit aktif penambangan didekat sungai Kelay. Kejadian terbaru pada bulan Mei 2021 sudah menjadi isu nasional, banjir memaksa 2.507 Kepala Keluarga mengungsi yang tersebar di 15 Kampung sepanjang bantaran banjir sungai Kelay dan menenggelamkan Pit aktif tambang perusahaan lain diseberang lokasi Tambang Binungan. Dengan kejadian ini, PTBC melakukan review kembali kajian awal Sistem Peringatan Dini Pengamanan Banjir (SPDPB) yang sudah dibuat di tahun 2018. Penelitian ini memanfaatkan hasil studi SPDPB yang sudah ada dalam rangka penerapan manajemen operasional mitigasi banjir di area tambang Binungan milik PTBC. Pendekatan konsep SPDPB melalui beberapa tahapan, yaitu deteksi, prediksi, peringatan dan tanggap darurat. Pada tahapan deteksi, diperlukan data muka air banjir (MAB) AWLR Merasa realtime dan pengaruh kejadian banjir di hilir sungai Kelay, yaitu kondisi muka air di Sungai Segah dan pasang surut di sungai Berau. Tahapan prediksi menggunakan pemodelan hybrid, gabungan antara pemodelan hidraulik Hecrass dan Jaringan Saraf Tiruan (JST), diperoleh MAB di AWLR Merasa terhadap prediksi waktu tiba banjir dan level banjir di beberapa titik pantau di lokasi tambang yang berjarak 39 km di hilirnya. Untuk menunjang akurasi analisis, dilakukan pengambilan data terbaru untuk level banjir, debit rating curve, bathimetri sungai dan data hujan. Tahap peringatan merupakan tahapan terpenting dalam manajemen operasional mitigasi banjir, disini pengambilan keputusan dilakukan berdasar pertimbangan hasil prediksi dan outputnya adalah standard operating prosedur (SOP) SPDPB untuk mitigasi banjir. Selanjutnya tahapan tanggap darurat dilakukan untuk upaya penyelamatan manusia dan unit yang dilakukan oleh tim rescue perusahaan dan kesempatan dilakukan tindakan perbaikan sebelum banjir tiba untuk mengurangi resiko. Hasil model prediksi diperoleh, waktu tiba banjir sekitar 5-6 jam dan level banjir +11,93, jika di AWLR Merasa MAB mencapai maksimum di +23,10. Hasil analisis SPDPB juga dapat memberikan rekomendasi level tanggulan banjir untuk di konstruksi dan SPDPB berlaku kepada lokasi yang berada dibawah level banjir yang direkomendasikan, seperti Pit yang sedang beroperasi, disposal maupun infrastruktur tambang lainnya, Diberikan juga penerapan manajemen operasional SPDPB secara rinci pada contoh kasus kejadian banjir Mei 2021 di 2 area kritis, yaitu infrastruktur water monitoring point (WMP) 37 BT dan Jalan Hauling KM17. Pada kejadian tersebut, tindakan penaggulangan banjir yang berhasil dilakukan seperti, blokade area terdampak banjir, penutupan pintu air WMP, peninggian elevasi jalan sesuai dengan rekomendasi SPDPB sebelumnya dan monitoring penurunan elevasi puncak dan kestabilan tanggulan banjir. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan terhadap aspek akurasi pemanfaatan model prediksi, penanggulanagn banjir dengan membangun tanggul banjir dan pemberlakukan SPDPB pada areal kritis lainnya dengan penerapan Standard Operating Prosedur (SOP) yang ketat. Kebaruan dari penelitian ini adalah memanfaatkan kajian teknis dalam memprediksi waktu tiba banjir dan muka air banjir. dengan metode analisis hybrid antara aplikasi hecrass dan JST di sektor pertambangan, selanjutnya diterapkan menjadi SOP dalam manajemen operasional SPDPB untuk mitigasi banjir. Hasil SPDPB yang berjalan sangat memuaskan dan sampai saat ini sudah menjadi ketergantungan dalam menunjang operasinal penambangan dari bahaya banjir akibat luapan air sungai Kelay.