BAB 1 Addien Wisnu Harnoko
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Addien Wisnu Harnoko
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Addien Wisnu Harnoko
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Addien Wisnu Harnoko
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Addien Wisnu Harnoko
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Addien Wisnu Harnoko
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Tambang bawah tanah memiliki risiko bahaya yang lebih besar dibandingkan
dengan tambang terbuka, dikarenakan keterbatasan kondisi maupun lokasi kerja
yang terbatas pada tambang bawah tanah. Potensi bahaya yang sering terjadi pada
tambang bawah tanah adalah gas berbahaya dan beracun, yaitu salah satunya karbon
monoksida (CO) yang sering ditemukan pada tambang bawah tanah. Gas ini sangat
beracun karena kekuatan ikatan karbon monoksida terhadap hemoglobin adalah 250
kali lebih cepat dibandingkan ikatan oksigen dengan hemoglobin.
Penelitian ini bertujuan menentukan persebaran gas CO pada pengujian dengan
menggunakan model akrilik horizontal drift. Selain itu ditentukan nilai koefisien
difusi gas CO berdasarkan persamaan koefisien difusi Taylor (1954) secara empiris
(E) di sepanjang jalur lurus drift dengan bentuk bukaan persegi yang
direpresentasikan model fisik skala laboratorium. Kita juga menaksir pengaruh
parameter kondisi pengujian berupa perbandingan jarak duct ke face (x/D) dan nilai
bilangan Reynolds (Re’) terhadap hasil koefisien difusi (E) tersebut. Prosedur
pengujian meliputi pengambilan sampel gas CO dan dikalibrasi dengan sensor MQ-
7 kemudian dilanjutkan dengan pengujian dilusi gas dengan model horizontal drift.
Hasil pengujian dari persebaran gas CO menunjukkan pengukuran konsentrasi gas
yang paling tinggi disebabkan jarak sensor (L3/D) yang jauh dari face sehingga
konsentrasi gas yang terbaca semakin tinggi. Terdapat korelasi antara nilai
koefisien difusi dengan jarak pengukuran (L/D). Semakin dekat titik pengukuran
(L1/D) maka nilai koefisien difusi akan semakin besar. Sebaliknya, jika semakin
jauh titik pengukuran (L3/D) maka nilai koefisien difusi akan semakin kecil. Jarak
duct ke face (x/D) tidak mempengaruhi nilai koefisien difusi (E), namun nilai
koefisien difusi akan berpengaruh terhadap nilai bilangan Reynolds (Re’). Semakin
besar nilai (Re’) maka nilai E juga semakin besar.