Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats associated 9 (CRISPR-Cas9)
merupakan salah satu teknik modifikasi genetik yang efektif dan efisien. Sistem ini tersusun atas
Single-Guide RNA (sgRNA) yang dapat didesain untuk menarget sekuens DNA spesifik serta
protein Cas9 dengan aktivitas endonuklease. Saat ini sistem CRISPR-Cas9 telah dikembangkan
aplikasinya dalam bidang rekayasa genetika. Sistem pengantaran protein Cas9 dan sgRNA dalam
bentuk ribonukleoprotein (RNP) lebih diminati karena memiliki efek imunogenitas dan potensi
off-target yang lebih rendah. Namun protein Cas9 memiliki ukuran yang relatif besar (158 kDa)
memicu kecenderungan terbentuknya agregasi protein Cas9 non-fungsional pada produksi protein
rekombinan dengan E. coli. Salah satu pendekatan untuk menghasilkan protein soluble dan
fungsional adalah menggunakan Chaperone-Substrate Co-Localized Expression (CLEX). Metode
ini akan diadaptasi untuk meningkatkan persentase protein Cas9 rekombinan fungsional.
Dirancang satu area tumpang-tindih antara urutan DNA yang mengkodekan protein Cas9 dengan
chaperone DnaJ. Sistem ini disusun dengan tujuan meningkatkan efisiensi pelipatan protein Cas9
melalui peningkatan probabilitas interaksi antara protein Cas9 dan chaperone DnaJ. Kedua coding
region tersebut diintegrasikan di dalam vektor ekspresi pRSFDuet-1 dengan inang ekspresi berupa
E. coli BL21(DE3). Pengujian dilakukan dengan menganalisis persentase relatif Cas9 soluble yang
diproduksi dengan dan tanpa sistem CLEX berdasarkan hasil SDS-PAGE. Hasil menunjukkan
bahwa persentase protein Cas9 soluble yang diproduksi melalui sistem CLEX tidak lebih tinggi
dari pada produksi kontrol (tanpa CLEX). Hal ini diduga karena besarnya ukuran protein target
dan beban metabolik yang meningkat dengan penambahan sistem CLEX. Pengujian menunjukkan
temperatur (18, 25, 30 dan 37 oC) dan durasi ekspresi (4, 6 dan 16 jam) menjadi faktor signifikan
yang mendeterminasi persentase kelarutan protein target Cas9. Terjadi penurunan persentase
relatif Cas9 soluble pada sistem dengan dan tanpa CLEX seiring pertambahan suhu dan durasi
ekspresi. Namun didapatkan bahwa dengan sistem CLEX diperoleh persentase Cas9 soluble yang
lebih tinggi dibandingkan sistem tanpa CLEX pada suhu 30 oC dan durasi ekspresi 16 jam.
Sehingga sistem ini dapat diaplikasikan untuk mengekspresikan protein tanpa pengggunaan
inkubator ruang dingin pada durasi yang panjang dan kontinu. Hasil regresi linear juga
menunjukkan bahwa sistem CLEX memperlambat pembentukan fraksi insoluble seiring
bertambahnya suhu dan durasi ekspresi. Pengujian aktivitas endonuklease pada protein Cas9 yang
diproduksi dengan dan tanpa sistem CLEX menunjukkan bahwa aktivitas endonuklease secara in
vitro keduanya tidak berbeda.