Cabai (Capsicum annuum) merupakan tanaman penting di dunia yang digunakan
sebagai komponen campuran dalam industri makanan, kosmetik dan farmasi.
Namun produktivitas cabai dapat mengalami penurunan karena serangan patogen,
salah satunya begomovirus. Pengeditan genom (genome editing) menggunakan
CRISPR/Cas9 merupakan strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
resistensi tanaman terhadap virus. Di sisi lain, cabai diketahui sulit untuk
dimanipulasi secara in vitro karena merupakan tanaman rekalsitran yang sulit untuk
dilakukan regenerasi dan transformasi. Cabai juga merupakan tanaman dengan
genotype dependent, sehingga optimasi untuk regenerasi dan transformasi dari
setiap kultivar cabai berbeda. Pada penelitian ini, dilakukan optimasi media tumbuh
yang terdiri dari media Murashige & Skoog (MS) yang dikombinasikan dengan zat
pengatur tumbuh seperti Benzyl Amino Purin (BAP), Indole Acetic Acid (IAA),
Thidiazuron (TDZ), dan 2,4-Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) untuk induksi
kalus dan pucuk dari eksplan daun cabai in vitro maupun ex vitro. Transformasi
dilakukan menggunakan Agrobacterium tumefaciens strain GV3101 untuk
optimasi ekspresi transien dan stabil. Optimasi transformasi transien menggunakan
plasmid pCambia 1303 yang membawa gen reporter GUS pada eksplan in vitro
dengan metode imersi meliputi kepadatan bakteri (OD600), waktu ko-kultivasi, dan
konsentrasi asetosiringon. Hasil optimasi menggunakan gen reporter GUS
digunakan kembali untuk konfirmasi efisiensi transformasi transien pada eksplan
ex vitro menggunakan plasmid pK7WGF2 dengan gen reporter GFP dengan metode
syringe agroinfiltrasi. Selanjutnya, hasil optimasi transformasi transien digunakan
untuk transformasi stabil dengan plasmid CRISPR/Cas9 (pDIRECT_21A) yang
membawa sgRNA menarget protein F-box yang berperan untuk proliferasi
begomovirus pada cabai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media terbaik untuk
induksi pucuk pada eksplan in vitro yaitu media MS dengan penambahan 1 mgL-1
TDZ, tetapi konsentrasi yang sama tidak dapat menginduksi pucuk pada eksplan
ex vitro. Media terbaik untuk induksi kalus yaitu media MS dengan 2 mgL-1 2,4-D.
Efisiensi transformasi transien yang optimum diperoleh pada kepadatan bakteri
OD600=1,00, waktu ko-kultivasi 3 hari, dan konsentrasi asetosiringon 100 ?M.
Transformasi stabil menggunakan plasmid CRISPR/Cas9 berhasil dilakukan,
namun regenerasi tanaman hanya sampai pada tahap kalus. Hasil analisis PCR dari
sampel kalus menunjukkan positif Cas9 dan negatif VirC yang mengkonfirmasi
bahwa Cas9 telah terintegrasi ke dalam genom tanaman. Hasil ini membuktikan bahwa hasil optimasi transformasi transien dapat digunakan untuk transformasi
stabil pada cabai cv. Tanjung-2. Perlu dilakukan optimasi induksi pucuk dan
aklimatisasi dari eksplan hasil transformasi, sehingga dapat dilakukan uji tantang
dengan penyakit, untuk membuktikan mutasi pada protein F-box dapat
meningkatkan resistensi cabai terhadap virus.