Ketika terjadi perubahan lokasi tempat tinggal, perilaku perjalanan individu atau
keluarga cenderung berubah akibat relokasi tempat tinggal. Relokasi tempat tinggal
dapat dilihat dari beberapa alasan. Pertama, individu atau keluarga yang melakukan
relokasi tempat tinggal dengan alasan pertimbangan harga atau sewa rumah yang
tinggi, mendekati lokasi tempat bekerja, dan alasan lainnya. Individu atau keluarga
melakukan relokasi tempat tinggal didasarkan atas kehendaknya dan dalam
menentukan lokasi tempat tinggal baru atas pilihannya sendiri (relokasi sukarela).
Lainnya dipaksa untuk pindah atau dipindahkan ke kawasan pinggiran kota karena
adanya program restrukturisasi kawasan perkotaan yang menyebabkan mereka
harus direlokasi, misalnya dikarenakan adanya perubahan fungsi kawasan (dari
perumahan menjadi komersial atau adanya pengembalian fungsi sebagai kawasan
konservasi). Individu atau keluarga tersebut direlokasi oleh Pemerintah Daerah ke
lokasi-lokasi baru yang sudah disiapkan. Relokasi tempat tinggal pada kelompok
kedua ini disebut sebagai relokasi paksa. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk
menganalisis pengaruh perubahan lokasi tempat tinggal terhadap perilaku
perjalanan pada masyarakat berpenghasilan renda serta melihat perbedaan
pengaruhnya antara tipe relokasi paksa dan relokasi sukarela. Penelitian ini
mencoba untuk mengisi kesenjangan penelitian yang selama ini lebih kepada
relokasi atas keinginan sendiri (relokasi sukarela), sementara penelitian pengaruh
relokasi tempat tinggal terhadap perilaku perjalanan pada kelompok relokasi paksa
masih sangat jarang. Penelitian ini menggunakan SEM-PLS sebagai metode
analisis. Data dikumpulkan dengan cara menyebarkan angket di kawasan Rumah
Susun Sewa (Rusunawa Marunda) Marunda, Provinsi DKI Jakarta. Responden
yang didata meliputi individu atau keluarga dari kelompok relokasi paksa dan
relokasi sukarela. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan, faktor
lingkungan binaan terkait dengan tingkat aksesibilitas lokasi dan jarak/waktu
tempuh terhadap tempat kerja akan berpengaruh signifikan terhadap frekuensi
perjalanan dan kepemilikan kendaraan. Kondisi sosial ekonomi berpengaruh
signifikan terhadap kepemilikan kendaraan terutama pada kelompok tipe relokasi
sukarela. Secara keseluruhan, sikap positif terhadap pro penggunaan angkutan
umum cenderung akan mengakibatkan pergeseran penggunaan kendaraan pribadi
ke angkutan umum.