Daerah penelitian terletak di Cekungan Jawa Timur bagian barat yang akumulasi
minyak dan gas penting telah ditemukan baik di daerah lepaspantai maupun di
daratan. Meskipun dalam penemuan saat ini yang cukup penting, tetapi masih
menjadi pertanyaan tentang aspek geokimia petroleum cekungan terutama di
bagian barat.
Studi data geokimia conto minyak dan batuan meliputi sifat fisik dan molekul
yang berasal dari lima sumur dan empat rembesan minyak dari daerah daratan
Cekungan Jawa Timur bagian barat diinterpretasikan dengan menggunakan
variasi metode dan grafik geokimia.
Data minyak dan batuan induk diuji dari sumur serta rembesan minyak
berdasarkan kekayaan karbon organik total (TOC), Rock-Eval Pyrolisis,
Reflektansi vitrinit (Ro), Kromatografi Gas Spektrometri Massa (GC-MS) alkana
normal termasuk isoprenoidnya, data triterpana, data sterana serta isotop karbon.
Data biomarker yang digunakan dalam penelitian dibatasi hanya pada ion massa
yang umum digunakan yaitu triterpana (m/z 191) dan sterana (m/z 217).
Berdasarkan data-data tersebut maka selanjutnya dilakukan analisis penentuan
material asal dan lingkungan pengendapan.
Berdasarkan hasil analisis kekayaan dan kematangan batuan induk, Formasi
Ngimbang klastik memiliki kekayaan istimewa sebagai batuan induk. Formasi
Ngimbang klastik pada tahap awal matang (early mature) dan memiliki
kecenderungan untuk menghasilkan minyak dan gas yang berasal dari kerogen
tipe II dan tipe III.
Korelasi minyak – minyak pada daerah penelitian membagi minyak menjadi dua
kelompok minyak. Kelompok minyak yang pertama merupakan minyak yang
material organiknya berasal dari campuran antara tumbuhan tingkat tinggi dan
ii
alga, sehingga lingkungan pengendapan dari batuan induk untuk kelompok
minyak ini mencirikan lingkungan pengendapan yang lebih ke arah laut dangkal
(deltaik?). Kelompok minyak ini dicirikan oleh bentuk distribusi alkana normal
dengan dua puncak yaitu pada C17 dan C27, perbandingan fitana terhadap pristana
yang rendah, triterpana trisiklik C23 yang tidak dominan dan adanya kehadiran
C26, kehadiran nonhopanoid berupa oleanana, terkadang hadir nonhopanoid
berupa gammaserana dan resin pada triterpana pentasiklik, jumlah yang lebih
besar dari C27 pada sterana, dan nilai Cv isotop karbon lebih kecil dari -5.
Kelompok minyak yang kedua merupakan minyak yang material organiknya lebih
banyak berasal dari tumbuhan tingkat tinggi, sehingga lingkungan pengendapan
dari batuan induk untuk kelompok minyak ini mencirikan lingkungan
pengendapan yang lebih ke arah terestrial. Kelompok minyak ini dicirikan oleh
bentuk distribusi alkana normal dengan satu puncak yaitu pada C27, fitana yang
lebih rendah dibandingkan pristana, kehadiran nonhopanoid berupa oleanana dan
resin dalam jumlah yang cukup tinggi, jumlah yang lebih besar dari C29 pada
sterana, dan nilai Cv isotop karbon lebih besar dari +4.
Berdasarkan diagram C27-C28-C29 dari empat rembesan minyak dan ektraksi
batuan induk dari tiga sumur menunjukkan korelasi positif tentang minyak dari
darat dan Formasi Ngimbang klastik hasil kenampakan dari triterpana (m/z 191)
dan sterana (m/z 217) distribusinya menunjukkan kesamaan yang cukup dekat
antara rembesan minyak Kedung Jati dan Galeh dengan ekstraksi batuan induk
(Formasi Ngimbang) dalam sumur Rembang-1, hal ini diperkirakan bahwa
rembesan minyak Kedung Jati dan Galeh dihasilkan dari Formasi Ngimbang
klastik.
Korelasi minyak – batuan induk di daerah penelitian menunjukkan bahwa Formasi
Ngimbang Eosen bertindak sebagai batuan induk yang menghasilkan kelompok
minyak terestrial dan kelompok minya laut dangkal (deltaik?).