digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Redha Aulia
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 1 Redha Aulia
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 2 Redha Aulia
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 3 Redha Aulia
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 4 Redha Aulia
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 5 Redha Aulia
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

PUSTAKA Redha Aulia
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

LAMPIRAN Redha Aulia
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

Penataan ruang suatu wilayah harus memperhatikan daya dukung lingkungannya, dimana salah satunya dapat dilakukan dengan mengidentifikasi kemampuan lahannya. Kabupaten Bandung Barat (KBB) menjadi salah satu bagian wilayah Kawasan Metropolitan Bandung yang terdampak oleh pesatnya perkembangan kota dan urbanisasi. KBB telah mengalami degradasi lingkungan akibat kurangnya kesesuaian antara peruntukan lahan dan kemampuan lahannya. KBB juga memiliki potensi bencana alam hidrometeorologi. Tujuan studi ini adalah untuk mengkaji kesesuaian daya dukung lingkungan berbasis kemampuan lahan pada tutupan lahan dan rencana pola ruang wilayah di KBB. Data spasial tematik berupa ancaman banjir, drainase, jenis tanah, geologi, dan tutupan lahan tahun 2018, serta rencana pola ruang KBB tahun 2012 – 2032 diperoleh dari institusi terkait di KBB. Analisis kemampuan lahan pada studi ini menggunakan faktor penghambat, yaitu kemiringan lereng, kepekaan erosi, drainase, ancaman banjir, dan tekstur tanah. Metode analisis spasial dilakukan dengan bantuan Sistem Informasi Geospasial (SIG). Hasil studi menemukan bahwa KBB didominasi kelas VIII yang memiliki faktor penghambat sangat berat sebesar 51,67% dari luas wilayah, yang menandakan arahan peruntukan lahannya sebagai kawasan lindung. Selain itu, dihasilkan juga bahwa tutupan lahan tahun 2018 di KBB mayoritas belum sesuai (43,30%) dengan kemampuan lahannya. Ketidaksesuaian ini terdapat pada tutupan lahan perkebunan, pertanian, tegalan/ladang, dan permukiman. Pada rencana pola ruang KBB, ditemukan bahwa perencanaannya sudah cukup sesuai (46,31%) dengan kemampuan lahannya, meskipun terdapat alokasi ruang yang masih belum sesuai (38.34%), seperti kawasan permukiman dan kegiatan lainnya, kawasan hutan produksi, kawasan pertanian, dan juga kawasan perkebunan. Adanya tutupan lahan dan rencana pola ruang yang belum sesuai dengan kemampuan lahannya menunjukkan perlu adanya tindakan pemantauan terhadap peruntukan lahan aktual maupun peninjauan kembali terhadap rencana tata ruang. Studi ini dapat menjadi masukan penting bagi pembuat kebijakan tata ruang dan pihak berwenang untuk menghindari eksternalitas negatif yang dapat terjadi di masa depan akibat ketidaksesuaian daya dukung kemampuan lahannya.