Kota Gorontalo tumbuh menjadi ibukota propinsi di wilayah perkotaan menimbulkan permasalahan tersendiri. Hal ini seiring dengan bertambanhnya jumlah penduduk. Jumlah penduduk selama kurun waktu 5 tahun terakhir memperlihatkan trend pertumbuhan yang naik. Hal ini berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan lahan yang berdampak pada degradasi lingkungan yang akhirnya menyebabkan bencana alam seperti banjir. Banjir terjadi karena intentsitas hujan yang cukup tinggi selama 11 jam lamanya dan menggenangi 2.204 keluarga dan 2.174 rumah warga di Kota Gorontalo. Tidak adanya kajian mengenai kerugian ekonomi akibat terjadinya banjir pada suatu daerah adalah kunci permasalah dasar pada penelitian ini. Oleh karena itu pada kajian ini akan dibahas mengenai analisa kerugian ekonomi akibat banjir di Kota Gorontalo akibat luapan sungai bone. Untuk menganalisis kerugian ekonomi diperlukan analisis sebaran genangan banjir dengan perangkat lunak HEC-RAS 2-Dimensi. Analisis ekonomi dilakukan dengan menggunakan metode Economic Commission for Latin America and the Caribbean (ECLAC). Berdasarkan hasil analisis ekonomi diperoleh juga bahwa kerugian yang diperkirakan untuk kondisi pola ruang Gorontalo tahun 2039 adalah untuk periode ulang 2 tahun adalah 211.2 Miliar Rupiah, untuk periode ulang 10 tahun 378.64 Miliar Rupiah, untuk periode ulang 25 tahun adalah 481.13 Miliar Rupiah, untuk periode ulang 50 tahun adalah 562.71 Miliar Rupiah, untuk periode ulang 100 tahun adalah 636.26 Miliar Rupiah dan untuk periode ulang 1000 tahun adalah 1377.18 Miliar Rupiah. Berdasarkan hal tersebut maka debit banjir desain optimum di periode ulang 50 tahun. Nilai optimum tersebut diambil dari tren peningkatan nilai kerugian yang memiliki gradien yang lebih besar pada periode ulang 2-50 tahun dibandingkan dengan periode ulang 50 – 1000 tahun.