digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

PT Berau Coal (PTBC) adalah salah satu perusahaan pertambangan batu bara swasta terbesar di Indonesia, yang memiliki luas konsesi sebesar 118.400 hektar di wilayah Kalimantan Timur yang luas. Pada tahun 2019, perusahaan membuka area tambang baru yang disebut Operasi Tambang Prapatan (PMO). Setelah pandemi Covid-19 mulai mereda, Harga Batubara Acuan Indonesia (HBA) pulih dari $49,2/ton pada September 2020 menjadi $75,84/ton pada Januari 2021. HBA terus meningkat dan mencapai lebih dari $300/ton pada pertengahan 2022. Hal ini semakin memotivasi PT Berau Coal untuk memperluas area tambangnya di PMO. Akibatnya, rencana produksi batubara untuk PMO direvisi dari 1,7 juta ton (MT) per tahun menjadi maksimal 4,2 MT dalam rencana 5 tahun. Namun, ada kendala (hambatan) dalam transportasi batubara mentah. Batubara PMO harus diangkut melalui area Operasi Tambang Binungan (BMO), melintasi Sungai Kelay. Saat ini, truk angkut mengandalkan feri (Landing Craft Tanks) untuk menyeberangi sungai. Namun, metode ini membatasi kapasitas angkut menjadi 1,9 MT/tahun. Untuk mengatasi kendala ini, PT Berau Coal merencanakan skenario alternatif untuk membangun Conveyor Batubara Penyeberangan Sungai Menggantung, yang mampu mendukung produksi hingga 5,5 MT/tahun. Pembangunan ini membutuhkan pengeluaran modal tambahan sebesar Rp151 miliar. Keputusan untuk berinvestasi dalam infrastruktur ini penting untuk mencapai target produksi di PMO. Studi ini akan menyediakan analisis proyek investasi yang komprehensif untuk menentukan kelayakan dan potensi pengembalian investasi proyek ini bagi PT Berau Coal. Dari studi ini, Indeks Profitabilitas (PI) dihitung sebesar 1,68, menunjukkan kinerja yang menguntungkan. Nilai IRR adalah 47,36%, melebihi angka interest rate yang digunakan (WACC) yaitu 11,07%. NPV bernilai positif sebesar Rp108,63 miliar. Ini dihitung menggunakan aliran kas inkremental antara skenario eksisting dan skenario alternatif. Artinya, nilai positif ini menunjukkan bahwa skenario alternatif lebih baik dan akan memberikan manfaat finansial bagi perusahaan. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa harga batubara, biaya penambangan, dan tingkat produksi batubara yang dicapai tergolong sebagai variabel yang sensitif, dengan perubahan nilai sebesar 20% naik/turun menghasilkan perubahan NPV lebih dari 20%. Analisis skenario menunjukkan bahwa skenario terburuk mengindikasikan potensi kegagalan proyek dengan NPV negatif sebesar Rp488 miliar. Di sisi lain, skenario terbaik menunjukkan NPV yang sangat tinggi sebesar Rp2.666 miliar. Simulasi Monte Carlo juga mendukung kelayakan proyek, dengan probabilitas NPV bernilai negatif sebesar 11,20% dan probabilitas NPV di bawah NPV acuan (terhitung) sebesar 14,90%. Interval Kepercayaan (95%) untuk rata-rata NPV berkisar antara Rp896,22 miliar hingga Rp984,68 miliar, dengan rata-rata NPV sebesar Rp940,45 miliar, yang jauh melebihi NPV acuan. Pada akhirnya, studi ini menyimpulkan bahwa proyek Konveyor Batu Bara Suspensi Penyebrang Sungai di PMO dianggap layak dan direkomendasikan untuk diimplementasikan oleh PT Berau Coal.