digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penyempurnaan peraturan kegempaan untuk mengakomodir peningkatan hazard telah dilakukan dari masa ke masa dan tentunya berimplikasi pada semakin ketatnya ketentuan detailing struktur pada peraturan jembatan. Evaluasi kerentanan seismik perlu dilakukan untuk memastikan keamanan jembatan yang ada di Indonesia yang sebagian besar berada di daerah rawan gempa, terutama yang dibangun dengan peraturan versi lama yang kini sudah out-of-date. Pada studi ini dilakukan pengembangan kurva fragilitas analitik terhadap peta bahaya gempa ter-update yang menunjukkan besarnya nilai probabilitas suatu tingkat kerusakan yang terjadi pada jembatan akibat berbagai level intensitas gempa. Analisis fragilitas dilakukan pada berbagai periode konstruksi sejak sebelum era 1990 hingga sekarang dan secara lebih holistik dilakukan berdasarkan variabilitas material aktual baja dan beton Indonesia untuk penentuan ketidakpastian kapasitas struktur (?c). Dari hasil analisis Incremental – Non Linear Time History Analysis, terlihat pengaruh yang signifikan akibat parameter daktilitas terhadap kinerja jembatan. Penampang pier dengan detailing pada kondisi ideal (fully confined) (era IV) memberikan daktilitas yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi pier jembatan pada era sebelumnya (partially confined). Dalam menahan beban gempa Peta Gempa 2017 terbaru (7% probabilitas terlampaui dalam 75 tahun), tingkat kinerja jembatan pada era SNI 2833:2016 adalah Elastic-Operational sedangkan untuk era sebelumnya adalah Operational – Life Safety. Potensi kerusakan yang lebih berat terjadi pada kejadian gempa dengan intensitas gempa yang lebih besar, yaitu untuk probabilitas terlampaui >50%, nilai As = FPGA x PGA saat terjadinya kondisi collapse pada jembatan Era I: 0,93 g; Era II: 1,03 g; Era III: 1,22 g; Era IV: 1,54 g. Terlihat bahwa penerapan ketentuan seismik terbaru mengurangi kerentanan jembatan. Selanjutnya, analisis fragilitas jembatan spesifik (specific bridge fragility curve) divariasikan terhadap parameter geometri (panjang bentang (L) dan tinggi pier (h)) untuk menganalisis fragilitas jembatan generik (generic bridge fragility) pada kelas yang sama (tipe pier, dek, pier to deck connection). Hal ini menjadi dasar pembuatan peta risiko jembatan di Indonesia.