digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Bisnis energi global mengalami perubahan menuju energi alternatif yang lebih berkelanjutan akibat isu perubahan iklim. Negara, perusahaan dan asosiasi mulai mengadopsi sumber energi baru rendah emisi dan rendah carbon pada portfolio bisnisnya, termasuk memperkenalkan penggunaan SAF pada industri penerbangan. Indonesia telah membuat langkah maju penggunaan SAF melalui Peraturan Menteri ESDM No.12/2015 yang mengatur kandungan SAF dalam Jet Fuel: 2% (2016), 3% (2020) dan 5% (2025). Proyeksi kebutuhan Jet Fuel sebesar 6.730.000 KL (2030), sehingga kebutuhan SAF akan mencapai 337.000 KL. Saat ini belum ada produsen SAF di Indonesia, pesawat terbang masih menggunakan 100% Jet Fuel berbasis fosil. Indonesia yang terletak pada daerah tropis merupakan salah satu penghasil CPO terbesar di dunia. CPO dan turunannya terkenal luas dengan kecocokannya sebagai bahan bakar nabati karena kemiripan struktur kimianya, termasuk penggunaan sebagai bahan baku SAF. PT. Kilang Pertamina Internasional (PT. KPI, salah satu sub-holding PERTAMINA yang bertanggungjawab pada sector minyak dan petrokimia) telah melakukan ujicoba sebagai langkah pertama dalam produksi SAF dengan bahan baku nabati (Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil/RBDPKO) di Kilang Cilacap, menghasilkan SAF 2.4% (2.4% nabati dan 97.6% berbasis fosil). Selanjutnya SAF 2.4% dilakukan uji laboratorium dan uji terbang pada Oktober 2021 dan menunjukkan kinerja memuaskan, sebanding dengan Jet Fuel berbasis fosil. Atas keberhasilan tersebut, PT. KPI mengembangkan rencana strategis untuk produksi SAF pada skala komersial dari berbagai tipe bahan baku nabati seperti RBDPKO, CPO or UCO (Used Cooking Oil). Pemiliah feedstock untuk produksi SAF merupakan salah satu faktor pembeda utama untuk keberhasilan proyek. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan dengan 5(lima) kriteria yang dipilih yaitu: ketersediaan, harga, kebutuhan investasi, profitabilitas dan keberterimaan pasar untuk menganalisa dan memilih bahan baku terbaik dalam produksi SAF. Riset ini dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan dan negara dalam pengembangan pengembangan SAF untuk memenuhi kebutuhan SAF Indonesia dimasa mendatang.