digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 Arienka Prilitaningtyas
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Arienka Prilitaningtyas
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Arienka Prilitaningtyas
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Arienka Prilitaningtyas
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 5 Arienka Prilitaningtyas
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Arienka Prilitaningtyas
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

Menyimpan uang di bank atau menyimpan jumlah uang tunai dalam jumlah besar besar untuk jangka waktu yang lama mungkin tidak bijaksana karena inflasi akan mengurangi nilai dari uang tersebut. Saham adalah salah satu produk investasi yang dapat dipertimbangkan untuk menjaga nilai atau bahkan memberikan keuntungan bagi investor. Berinvestasi di pasar saham bisa menjadi pilihan yang tepat karena pasar saham mampu menawarkan beberapa keuntungan, termasuk menghasilkan pengembalian yang menarik dan mencegah penurunan nilai pada aset seseorang yang diakibatkan oleh inflasi. Berinvestasi di saham memberikan manfaat yang akan dihasilkan dari kenaikan harga saham dan juga dividen yang diberikan oleh perusahaan penerbit saham. Secara historis, Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan tren yang menjanjikan, dalam 22 tahun terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang merupakan indeks dari semua saham yang diperdagangkan secara publik menunjukkan tren positif dengan pertumbuhan harga rata-rata bulanan dalam 22 tahun terakhir adalah 3,47%. Minat untuk berinvestasi di pasar saham juga semakin meningkat. Pada awal Maret 2023, Single Investor Identification (SID) telah mencapai lebih dari 4,5 juta Akun Investor yang berinvestasi di Saham dan efek lainnya. Trend peningkatan serupa juga ditemukan di Pasar Saham Syariah, yang meningkat sekitar 37,31% dalam 2 tahun terakhir. Namun, peningkatan investor ini tidak sejalan dengan peningkatan literasi pasar modal karena jumlahnya menunjukkan tren penurunan. Berinvestasi di pasar saham memiliki beberapa risiko yang harus ditanggung oleh investor ketika mereka menempatkan sejumlah kekayaan mereka di pasar saham. Oleh karena itu, investor membutuhkan strategi untuk mengurangi risiko investasi mereka sambil mengoptimalkan pengembalian investasi mereka. Investor dapat membuat portofolio saham untuk mendiversifikasi risiko dan mengoptimalkan pengembalian. Untuk membuat portofolio, ada beberapa metode yang ditawarkan oleh praktisi dan peneliti. Beberapa metode pembobotan yang populer dan dapat digunakan antara lain Portofolio Pembobotan Kapitalisasi Pasar, Portofolio Pembobotan Sama Rata, Portofolio Volatilitas Rendah, Portofolio Pembobotan Fundamental, Portofolio Varians Minimum Global (GMV), Portofolio Tangensi, dan The Predictive Blend. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang metode pembobotan portofolio yang paling efektif yang dapat digunakan oleh investor ritel syariah untuk membuat portofolio yang terdiri hanya dari Saham Syariah. Semua saham dalam penelitian ini diambil dari Jakarta Islamic Index yang mana dijadikan Investment Universe dalam penelitian ini dengan daftar konstituen yang digunakan yaitu dari Juni 2014 hingga Juni 2022. Data historis yang digunakan untuk membuat portofolio adalah lima tahun sebelum tanggal publikasi daftar konstituen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dari kinerja uji out-of-sample setiap portofolio yang dibuat. Untuk menemukan metode pembobotan portofolio terbaik, penulis membandingkan kinerja setiap potfolio yang dibuat menggunakan tujuh metode pembobotan portfolio yang berbeda dan lalu membandingkan portfolio yang memiliki performa terbaik dengan performa indeks acuan untuk melihat apakah portfolio yang dibuat dengan metode pembobotan dengan performa terbaik mampu memiliki performa yang lebih baik dibandingkan perfoma pasar secara keseluruhan. Ada beberapa temuan yang bisa diambil dari penelitian ini. Data historis menunjukkan bahwa berinvestasi di Pasar Saham Syariah dengan mengikuti indeks acuan Syariah (ISSI dan JII) tidak dapat memberikan investor hasil yang lebih baik dan hasil yang disesuaikan dengan risiko dibandingkan dengan Indeks acuan konvensional (IHSG dan LQ45). Dengan membentuk portofolio, investor memberikan kesempatan untuk mendapatkan return yang terbukti lebih baik secara historis dibandingkan dengan semua indeks acuan dan risk-adjusted return yang lebih baik dibandingkan dengan LQ45, ISSI, dan JII. Di antara semua metode pembobotan portofolio yang diamati dalam penelitian ini, metode pembobotan Fundamental yang dikembangkan oleh Arnott et al., (2005) memberikan kinerja yang paling unggul dibandingkan dengan metode pembobotan lainnya. Hasil ini serupa dengan temuan Faturohman & Christian (2023) yang menemukan bahwa metode pembobotan Fundamental memberikan hasil terbaik saat membangun portofolio menggunakan LQ45 sebagai investment universe. Penelitian ini memberikan bukti bagi investor ritel yang patuh syariah untuk memilih metode pembobotan portofolio untuk membangun portofolio mereka menggunakan Saham Syariah di Indonesia. Sejauh pengetahuan penulis, ini adalah makalah pertama yang mengevaluasi tujuh metode pembobotan portofolio yang berbeda menggunakan Saham Syariah sebagai sampel observasi.