Pada 2021, KPMG mempublikasikan sebuah laporan berjudul Digital Wealth Management in Asia Pacific. Laporan tersebut menjelaskan bahwa industri wealth management akan mengalami perkembangan pesat karena inovasi digital didalam industry, seperti Robo-Advisor. Robo-Advisor adalah salah satu inovasi paling menjanjikan pada industri wealth management, dan kesuksesannya telah teruji pada kasus Bibit di Indonesia. Bibit, sebuah agen pedagang efek reksa dana digital (APERD Digital) adalah sebuah ancaman terhadap divisi wealth management dari bank, karena popularitas dan kemudahan penggunananya, sehinga divisi wealth management dari bank harus mengembangkan Robo-Advisornya sendiri untuk dapat bersaing dengan imbang. Dalam mengembangkan Robo-Advisor, perusahaan wealth management harus mempertimbangkan beberapa dilemma dalam membangun portfolio untuk klien mereka.
Mean-Variance Optimization dan Risk Parity digunakan untuk melakukan alokasi aset strategis untuk membangung portfolio yang optimum. Reksa Dana akan digabungkan dengan emas dan cryptocurrency untuk menjadi kelas aset dalam portfolio investasi, menggunakan data return bulanan dari Januari 2011 – Desember 2020. Reksa Dana hanya akan menggunakan reksa dana yang dikelola secara pasif (indeks), karena reksa dana yang dikelola secara pasif memiliki Total Expense Ratio (TER) yang rendah dan memiliki performa yang lebih tinggi dibandingkan dengan reksa dana yang dikelola secara aktif. Analisis Sharpe Ratio digunakan untuk membandingkan performa dari portfolio yang dibangun. Selanjutnya, data return bulanan dari portfolio yang dipilih akan di back-test dan dibandingkan dengan IDX Composite untuk menganalisis perilaku dari portfolio robo-advisor ketika terjadi penurunan pada indeks pasar saham. Terakhir, penulis akan menganalisa performa aktual dari robo-advisor pada 3 tahun terakhir pada periode observasi yaitu 2018, 2019, dan 2020.
Mean-Variance Optimization menghasilkan risk-adjusted return yang lebih baik daripada Risk Parity, dan penambahan emas dan cryptocurrency dapat meningkatkan performa dari portfolio Robo-Advisor. Pengujian back-test pada portfolio Robo-advisor pada Januari 2011 – Desember 2020 menunjukkan bahwa portfolio Robo-Advisor melindungi investor dari 83,3% penurunan di indeks pasa saham. Terahir, portfolio robo-advisor mampu mengungguli IDX Composite pada 2019 dan 2020. Pada 2018, meskipun portfolio robo-advisor tidak dapat mengungguli IDX Composite, ia menunjukkan bagaimana portfolio mengelola penurunan sebesar 71,62% pada cryptocurrency. Maka, Robo-Advisor di Indonesia sebaiknya menambahkan emas dan cryptocurrency, dan menggunakan mean-variance optimization; dan Robo-Advisor dapat memberi perlindungan pada investor retail Indonesia Ketika terjadi penurunan indeks pasar saham.