MICE (Meetings, Incentive Trips, Conferences dan Exhibitions) menjadi salah satu
sektor wisata yang mempunyai berbagai dampak efektif terhadap ekonomi dan
mendukung strategi pariwisata yang mengedepankan quality tourism serta memiliki
potensi penghasil devisa yang tinggi di Indonesia. Kota Bandung dikembangkan
sebagai salah satu tujuan MICE terbaik di Indonesia yang memiliki potensi
pengembangan yang tinggi dan tumbuh dengan pesat. Dalam pengembangannya,
kegiatan wisata MICE membutuhkan infrastruktur MICE untuk lingkup skala
nasional dan internasional. Secara bersamaan Kota Bandung dihadapi keterbatasan
lahan yang tersedia. Pengembangan wisata MICE di Kota Bandung perlu
diperhatikan lebih lanjut, sehingga fokus penelitian ini adalah melihat
pengembangan MICE di Kota Bandung yaitu kebijakan MICE, karakteristik MICE
dan pengaruh terhadap perubahan tutupan lahan di Kota Bandung. Penelitian ini
mengambil data primer berupa wawancara dan observasi terhadap pemerintah dan
pengelola hotel bintang serta gedung pertemuan, dan data sekunder dari instansi
terkait yang diolah menggunakan analisis kualitatif, kuantitatif dan spasial untuk
melihat perubahan tutupan lahan. Hasil studi menunjukan kegiatan wisata MICE
telah teridentifikasi dalam program pemerintah daerah namun belum tersedianya
peraturan daerah yang khusus mengatur terkait kegiatan MICE. Selain itu, kegiatan
wisata MICE di Kota Bandung termasuk dalam skala MICE menengah dengan
kapasitas fasilitas MICE Kota Bandung yang hanya mampu menampung 200
hingga 8000 pengunjung. Pada tahun 2022 terdapat 221 kegiatan MICE yang
konsentrasi pelaksanaan berada di SWK Cibeunying. SWK Cibeunying beralih
fungsi 12,6% dan dari 79 titik fasilitas MICE berada pada lahan tidak berubah.
Belum ditemukan dampak langsung kegiatan wisata MICE terhadap perubahan
tutupan lahan dari tahun 2016 hingga 2019. Wisata MICE juga belum teridentifikasi
secara khusus pada RTRW dan RDTR Kota Bandung dan 48% wisata MICE
dilakukan pada zona perdagangan dan jasa