Pertumbuhan penduduk yang pesat menyebabkan adanya tekanan terhadap
sumber air, baik secara kuantitas maupun kualitas. Kondisi ini diperburuk dengan adanya
fenomena perubahan iklim yang mendorong terjadinya krisis air. Fenomena krisis air
bersih yang terjadi di DKI Jakarta disebabkan karena besarnya gap antara kebutuhan air
bersih (demand) dan ketersediaan air bersih (supply) dengan cakupan layanan perpipaan
air bersih oleh PAM JAYA sebesar 65,9% di tahun 2021. Untuk memenuhi gap ini, banyak
masyarakat yang menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari.
Eksploitasi air tanah menyebabkan penurunan muka tanah sebesar 20-28 cm/tahun
sehingga diprediksi 110,5 Km2 Wilayah Jakarta akan tenggelam di tahun 2050.
Penggunaan air daur ulang bisa menjadi potensi sebagai sumber baru pengganti air tanah.
Namun demikian belum diketahui bentuk pemanfaatan air daur ulang yang tepat digunakan
di DKI Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor
pertimbangan dalam pemilihan opsi pemanfaatan air daur ulang di DKI Jakarta. Penilaian
faktor dan opsi pemanfaatan air daur ulang DKI Jakarta dianalisis menggunakan metode
Analytichal Hierarchy Process (AHP) dengan kuisioner perbandingan berpasangan
berdasarkan persepsi dari para pakar dan stakeholder yang terlibat dalam pengolahan air
limbah DKI Jakarta. Hasil analisis AHP menunjukkan faktor Lingkungan (L) memiliki
bobot paling tinggi yaitu 0,25. Bobot kedua tertinggi adalah faktor Sosial (S) dan faktor
Ekonomi (E) dengan bobot 0,21. Kemudian diikuti oleh faktor Teknis (T) dengan bobot
0,19 dan faktor Institusi (I) dengan bobot 0,16. Terdapat 9 subfaktor yang memiliki
pengaruh tinggi dalam pemilihan opsi pemanfaatan air daur ulang di DKI Jakarta. Adapun
subfaktornya antara lain: kualitas air hasil olahan (T2), penetapan aturan dan pengambilan
keputusan (I3), penghematan air (L1), kualitas badan air penerima (L2), dampak
lingkungan (L3), biaya investasi (E1), sumber dana pembiayaan (E2), biaya O & M (E3),
dan kesehatan manusia (S2). Opsi pemanfaatan yang paling cocok digunakan di DKI
Jakarta adalah untuk keperluan umum seperti untuk flushing, air pemadam kebakaran, dan
air pendingin udara (AC). Hasil in depth interview menjelaskan bahwa calon pelanggan
mendukung sistem air daur ulang di DKI Jakarta dengan beberapa syarat
diantaranya:adanya kebijakan dan pedoman tentang air daur ulang, adanya standard halal,
aturan pemerintah yang jelas, manajemen yang baik, adanya sosialisasi dan edukasi tentang
air daur ulang, adanya teknologi yang andal, dan uji laboratorium terjadwal.