Perkembangan ilmu geoteknik menyatakan bahwa tidak semua kondisi tanah dapat
dikuantifikasi menggunakan mekanika tanah jenuh atau mekanika tanah klasik.
Salah satu metode kuantifikasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan
kurva karakteristik tanah-air (SWCC). Metode pengukuran kurva karakteristik
tanah-air yang umum digunakan adalah metode kertas saring.
Metode pengukuran dengan kertas saring dilakukan dengan menyusun sampel
tanah dengan kertas saring kemudian dilakukan pemeraman dalam waktu tertentu.
Dilakukan kalibrasi dengan kurva kalibrasi Leong berdasarkan hasil pengukuran
kadar air pada kertas saring untuk mengukur nilai isapan matric atau matric suction.
Nilai kadar air pada kondisi ekuilibrium dan nilai isapan matric yang bersesuaian
kemudian digabungkan menjadi kurva karakteristik tanah-air. Pada penelitian ini
dilakukan pengukuran kurva karakteristik tanah-air pembasahan (wetting) dan
pengeringan (drying) untuk jenis tanah serpih lempungan atau clay shale pada
daerah isapan matric residual dengan kadar air 1-3%. Verifikasi dan perbandingan
hasil pengujian pada laboratorium dilakukan menggunakan metode numerik
dengan bantuan aplikasi SEEP/W dan program FORTRAN untuk menentukan bestfit
curve. Penentuan best-fit curve dilakukan berdasarkan persamaan SWCC
Fredlund dan Xing (1994), perhitungan numerik dilakukan dengan brute-force
method untuk menemukan best-fit parameter yang menghasilkan sum-square error
terkecil. Penelitian ini menyelidiki perilaku matematika persamaan SWCC
Fredlund dan Xing untuk mengembangkan metode kalkulasi yang lebih sederhana.
Hasil pengujian pada laboratorium menghasilkan waktu ekuilibrium selama 21 hari
untuk wetting pada kadar air 1% dan 20 hari untuk wetting pada kadar air 3%.
Pemodelan SEEP/W menghasilkan waktu ekuilibrium wetting kadar air 1% selama
20 hari dan wetting kadar air 3% 18 hari. Hasil pengukuran drying pada kadar air
2% yang didapatkan dari pengujian laboratorium adalah 7-21 hari. Sedangkan,
penyelidikan perilaku matematika persamaan SWCC Fredlund dan Xing (1994)
tidak dapat didekati dengan penyelesaian metode steepest descent sehingga perlu
dilakukan penelitian lanjutan dengan pendekatan yang berbeda.