digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pengawasan pasca pemasaran terhadap keamanan penggunaan obat merupakan proses berkelanjutan dari sistem farmakovigilans. Salah satu bentuk penerapan dari sistem farmakovigilans adalah pelaporan efek samping obat (ESO) oleh tenaga kesehatan. Namun, jumlah pelaporan ESO di Indonesia sebagai indikator penting dari keberhasilan sistem farmakovigilans tergolong masih sangat rendah, yaitu kurang dari 10.000 laporan/tahun. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menilai pengalaman, motivasi, dan hambatan tenaga kesehatan dalam pelaporan ESO. Penelitian dilakukan dengan metode observasional desain cross-sectional menggunakan kuesioner daring yang diisi oleh 92 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman pelaporan ESO oleh tenaga kesehatan masih rendah. Meskipun sebanyak 64,13% (n = 59) responden menyatakan pernah mendapatkan laporan ESO langsung dari pasien, hanya 42,39% (n = 39) responden yang pernah melakukan pelaporan ESO. Kejadian ESO yang parah atau serius dan adanya kecurigaan yang kuat terhadap hubungan kausalitas antara obat dan efek samping yang terjadi merupakan motivasi tertinggi dalam pelaporan ESO. Tenaga kesehatan cenderung tidak melaporkan ESO apabila terdapat ketidakpasitan tentang ESO yang dialami oleh pasien dan ketika kejadian ESO yang dialami oleh pasien telah teratasi. Sementara itu, terdapat perbedaan bermakna dalam jenis dan keadaan yang menjadi hambatan antara apoteker dan perawat dalam pelaporan ESO (p = 0,011).