Antimikroba merupakan obat yang digunakan secara luas untuk menangani penyakit infeksi.
Namun, karena penggunaannya yang sangat umum, obat ini seringkali digunakan secara tidak tepat
sehingga dapat memicu kondisi resistensi. Apoteker yang bekerja di sarana apotek berperan secara
langsung terhadap proses dispensing dan pemberian antimikroba di masyarakat. Apoteker dengan
pengetahuan, sikap, dan praktik yang kurang baik dapat menjadi penyebab meningkatnya kasus
resistensi terhadap antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengetahuan, sikap,
dan praktik terkait dispensing dan penanganan antimikroba terhadap apoteker yang bekerja di
apotek Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang menggunakan
kuesioner pada 364 subjek. Analisis statistik univariat dilakukan untuk mengetahui proporsi dan
frekuensi variabel demografi responden. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan
antara variabel demografi dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik apoteker menggunakan
uji Mann Whitney, Kruskal Wallis, dan Chi Square dengan aplikasi Minitab versi 21. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa apoteker di Jawa Barat memiliki tingkat pengetahuan yang kurang memadai
(92,3%). Apoteker di Jawa Barat juga menunjukkan sikap dan praktik yang negatif terhadap
dispensing serta penggunaan antimikroba (68,8%; 67,9%). Faktor yang mempengaruhi nilai untuk
dimensi pengetahuan adalah usia (p = 0,035). Untuk dimensi sikap dan praktik, jenis kelamin
mempengaruhi nilai yang diperoleh responden secara signifikan (p = 0,000 untuk kedua dimensi).
Tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik dipengaruhi oleh jenis kelamin pada ketiga dimensi.