digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Sheila Hauna Arifa
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 1 Sheila Hauna Arifa
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 2 Sheila Hauna Arifa
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 3 Sheila Hauna Arifa
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 4 Sheila Hauna Arifa
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 5 Sheila Hauna Arifa
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 6 Sheila Hauna Arifa
PUBLIC Yoninur Almira


Penelitian mengenai pertanian dan kesejahteraan banyak dilakukan, namun pertanyaan mengenai seberapa signifikan pengaruhnya terhadap kesejahteraan masih belum terjawab. Dengan masih banyaknya orang yang belum sejahtera di perdesaan, ditambah dengan mata pencaharian utamanya berkaitan dengan pertanian. Hal ini menjadi ironi karena masyarakat perdesaan ditemukan memiliki modal sosial yang baik, namun belum ada bentuk perubahan yang fokus dalam memanfaatkan potensi tersebut demi meningkatkan kesejahteraan. Inovasi sosial, baik sebagai proses maupun produk dapat menjadi alternatif untuk pemanfaatan modal sosial ini. Dengan konteks masyarakat perdesaan banyak yang terlibat dengan pertanian, inovasi sosial dapat dilihat sebagai proses untuk melihat permasalahan apa yang terjadi dalam praktik pertanian, padahal terdapat banyak sumber daya yang ada di dalamnya untuk menyelesaikan permasalahan. Dengan permasalahan perekonomian yang umum ditemukan dalam komunitas pertanian adalah kurangnya akses terhadap kesempatan produktivitas yang tinggi, maka perlu mencari alternatif dalam praktik pertanian, terutama dalam meningkatkan manfaat terhadap sumber daya yang ada dalam sistem. Integrated farming sebagai sebuah konsep yang menghubungkan dua atau lebih bidang dalam usaha tani ditujukan untuk mengurangi biaya produksi karena input dan output antar bidang usaha tani dimanfaatkan hingga limbahnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi apakah integrated farming sebagai inovasi sosial memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat perdesaan. Untuk mencapai tujuan ini maka dapat ditentukan beberapa sasaran yaitu teridentifikasinya karakteristik integrated farming sebagai bentuk inovasi sosial yang kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi pengaruh inovasi sosial terhadap kesejahteraan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu pendekatan yang melihat keadaan unik, diharapkan dapat menjawab isu pertanyaan yang diajukan dalam penelitiahn sehingga menjawab fenomena apa yang terjadi dan mengapa terjadi. Studi kasus yang diambil adalah Mas Ihsan Bersaudara Farm yang terletak di Kabupaten Karawang karena menunjukkan indikasi terjadi integrated farming sekaligus inovasi sosial yang terjadi di sana. Dalam studi kasus ini juga ditemukan terdapat kelompok yang rentan, sehingga dipilihlah sebagai studi kasus. Metode yang ditempuh untuk melakukan identifikasi adalah dengan menentukan hipotesis hubungan antara indikator, kemudian dilakukan analisis dengan Partial Least Square-Structural Equation Modelling dan kemudian melihat apakah hipotesis tersebut benar atau tidak, dan dilakukan interpretasi dengan deskriptif kualitatif sekaligus untuk menarik kesimpulan. Metode pengambilan data dilakukan langsung di lapangan dengan penyebaran kuesioner kepada 21 responden sebagai total populasi yang menjadi bagian dariii Mas Ihsan Bersaudara Farm. Temuan dalam studi ini setelah dilakukan analisis adalah bahwa integrated farming memiliki karakteristik sebagai inovasi sosial, yaitu meningkatkan produktivitas namun tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan. Model persamaan struktural yang didapatkan menggambarkan bahwa hal yang paling mempengaruhi produktivitas dari segi kemampuan sosial dalam integrated farming adalah tindakan produksi, kemudian baru diikuti dengan manajemen. Model persamaan struktural kedua yang didapatkan memberikan gambaran bahwa variabel keinovasian, keproaktifan, dan pengambilan keputusan/risiko, maisng-masingnya hanya berkontribusi kurang dari 20% terhadap kesejahteraan. Ditemukan juga dari model gabungan yang menguji antar variabel dari integrated farming, inovasi sosial, dan kesejahteraan bahwa produktivitas hanya berkontribusi sebesar 13,5% terhadap kesejahteraan. Hal ini menunjukkan ketika inovasi sosial berfokus untuk meningkatkan produktivitas tidak otomatis meningkatkan kesejahteraan. Temuan ini menunjukkan bahwa tidak semerta-merta produktivitas adalah akar permasalahan dalam tidak sejahteranya petani. Alasan yang muncul adalah belum tentu dengan produktivitas yang tinggi, gaji atau upah yang diberikan oleh pemilik pertanian cukup untuk menyejahterakan anggota pertanian. Dalam konteks studi kasus, hal ini ditemukan juga, seperti hasil gaji atau upah yang diberikan hanya berupa kebutuhan primer seperti pangan dan papan (tempat tinggal) yang kemudian menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan lain seperti untuk pendidikan anak atau untuk kebutuhan sekunder dan tersier. Dari model dan temuan tersebut, dapat dijadikan rekomendasi terhadap pemerintah, masyarakat, dan komunitas untuk mempertimbangkan bahwa menggunakan integrated farming sebagai alternatif untuk mencapai tujuan sosial bersama, namun perlu dipertimbangkan lebih jauh ketika permasalahan sosial bersama yang ditemukan adalah kesejahteraan karena dalam temuan studi ditemukan bahwa integrated farming sebagai inovasi sosial tidak berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan.