Minyak atsiri adalah salah satu hasil metabolit sekunder tumbuhan berupa campuran senyawa
organik yang mudah menguap dan berkontribusi pada rasa dan aroma tanaman. Minyak atsiri
merupakan salah satu hasil dari komoditi perkebunan yang bernilai ekspor tinggi di Indonesia dan
banyak digunakan dalam pengobatan tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan
standardisasi dan menentukan potensi minyak atsiri nilam (Pogostemon cablin) dan lavender
(Lavandula angustifolia) untuk menghambat bakteri penyebab permasalahan kulit dan gigi yaitu
Staphylococcus epidermidis dan Streptococcus mutans. Parameter standardisasi yang diuji pada
sampel minyak atsiri meliputi organoleptik, indeks bias, kelarutan dalam etanol, bilangan asam,
bilangan ester, bobot jenis, dan analisis kandungan kimia menggunakan instrumen Gas
Chromatography Flame Ionization Detector (GC-FID). Sampel minyak atsiri nilam dan lavender yang
diuji memenuhi spesifikasi SNI 2006 dan ISO 3515:2002. Uji aktivitas antibakteri dilakukan secara
kualitatif dengan metode difusi cakram agar, serta kuantitatif melalui penentuan nilai Konsentrasi
Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) menggunakan metode
mikrodilusi. Nilai KHM untuk Streptococcus mutans ATCC 25175 dari minyak nilam dan lavender
berturut-turut adalah 0,625 dan 10% (%v/v), sedangkan nilai KHM untuk Staphylococcus
epidermidis ATCC 12228 dari minyak nilam dan lavender berturut-turut 0,313 dan 2,5% (%v/v). Nilai
KBM untuk Streptococcus mutans ATCC 25175 dari minyak nilam dan lavender berturut-turut
adalah 2,5 dan 10% (%v/v), sedangkan nilai KBM untuk Staphylococcus epidermidis ATCC 12228 dari
minyak nilam dan lavender berturut-turut 1,25 dan 2,5% (%v/v). Berdasarkan hasil tersebut, minyak
nilam dan lavender memiliki potensi yang lebih besar dalam menghambat dan membunuh bakteri
Staphylococcus epidermidis dibandingkan dengan Streptococcus mutans.