digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Spons atau Porifera merupakan salah satu invertebrata laut yang memiliki beragam manfaat bagi ekosistem disekitarnya. Kemampuannya dalam bersimbiosis dengan mikroorganisme, baik secara endosimbion maupun ektosimbion, menjadikan spons sebagai salah satu spesies penyumbang senyawa bioaktif potensial yang dapat dikembangkan menjadi senyawa antibakteri. Salah satu jenis bakteri yang berasosiasi dengan spons adalah Streptomyces. Genus ini diketahui paling banyak berkontribusi dalam memproduksi senyawa antibiotik. Pada penelitian sebelumnya, telah ditemukan spesies Streptomyces aureofaciens A3 yang bersimbiosis dengan spons asal Pantai Rancabuaya, Garut, Jawa Barat, memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri patogen. Salah satu senyawa yang ditemukan adalah antibakteri berbasis alkaloid, namun produksinya belum maksimal. Peningkatan produksi senyawa antibakteri berbasis alkaloid dapat dilakukan, salah satunya dengan memanipulasi konsentrasi rasio karbon (C) dan nitrogen (N) dalam media. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memproduksi senyawa antibakteri dari S. aureofaciens A3 dalam media pertumbuhan ISP2-A dan media produksi ISP4-A, menentukan konsentrasi sumber C dan N (rasio C/N) terbaik dalam media produksi yang dilihat melalui pembentukkan diameter zona hambat pada uji aktivitas antibakteri, mengetahui profil produksi metabolit hasil fermentasi isolat S. aureofaciens A3 dalam media produksi, serta melakukan karakterisasi senyawa antibakteri yang dihasilkan dalam media produksi dengan rasio C/N terbaik menggunakan GC-MS. Isolat S. aureofaciens A3 asal Pantai Rancabuaya ditumbuhkan dalam media pertumbuhan ISP2-A (International Streptomyces Project-2+Artificial Sea Water) untuk dilihat kemampuannya dalam memproduksi senyawa antibakteri. Isolat ditumbuhkan selama 14 hari pada suhu 26°C±2°C, agitasi 150 rpm, dengan kondisi pH awal 7,02 dan jumlah inokulum 1% (v/v). Kurva tumbuh dibuat setiap 2 hari sekali sebanyak 8 titik (0, 2, 4 , 6, 8, 10, 12, dan 14 hari), dan dilakukan ekstraksi terhadap supernatan menggunakan pelarut metanol. Ekstrak yang diperoleh kemudian dilakukan uji aktivitas antibakteri dengan metode Kirby Bauer terhadap bakteri patogen Escherichia coli, Bacillus subtillis, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus aureus. Selanjutnya, isolat S. aureofaciens A3 ditumbuhkan pada media produksi ISP4-A (International Streptomyces Project-4+Artificial Sea Water) yang telah diberi variasi konsentrasi sumber karbon (C) berupa pati (soluble starch) dan nitrogen (N) yang berasal dari ammonium sulfat. Variasi berat pati yang diberikan adalah 5 g/L; 7,5 g/L; dan 15 g/L, sedangkan berat ammonium sulfat yang ditambahkan adalah 0,5 g/L; 1 g/L; dan 1,5 g/L. Adapun analisis yang dilakukan meliputi kurva pertumbuhan, uji Kirby Bauer terhadap 4 bakteri patogen (E. coli, B. subtilis, P. aeruginosa, dan S. aureus), serta konsentrasi glukosa dan asam organik. Isolat ditumbuhkan selama 14 hari pada suhu 26°C±2°C, agitasi 150 rpm, dengan kondisi pH awal 6,97 dan jumlah inokulum 10% (v/v). Uji korelasi Pearson dilakukan dengan software JASP 0.18.1.0 untuk menjelaskan hubungan senyawa antibakteri yang dihasilkan terhadap aktivitas penghambatan. Isolat S. aureofaciens A3 tumbuh dalam media ISP2-A selama 14 hari pada kondisi suhu 26°C±2°C, agitasi 150 rpm, dan konsentrasi inokulum 1% (v/v), mampu memproduksi senyawa antibakteri memproduksi senyawa antibakteri memproduksi senyawa antibakteri memproduksi senyawa antibakteri memproduksi senyawa antibakteri memproduksi senyawa antibakteri memproduksi senyawa antibakteri memproduksi senyawa antibakteri memproduksi senyawa antibakteri memproduksi senyawa antibakteri memproduksi senyawa antibakteri memproduksi senyawa antibakteri , dengan aktivitas penghambatan berkategori kuat pada hari ke-6 terhadap pertumbuhan E. coli (10,49 ± 2,13 mm) dan P. aeruginosa (10,69 ± 3,09 mm), dan pada hari ke-8 dalam menghambat bakteri B. subtilis (12,56 ± 0,40 mm). Produktivitas tertinggi dicapai pada hari ke- 4, yakni sebesar 3,25 g/100 mL. Sementara, saat ditumbuhkan dalam media produksi ISP4-A, isolat S. aureofaciens A3 yang tumbuh di suhu 26°C±2°C, agitasi 150 rpm, dan konsentrasi inokulum 10% (v/v), selama 14 hari, mampu menghasilkan aktivitas penghambatan berkategori sedang terhadap pertumbuhan P. aeruginosa (7,54 ± 0,33 mm) pada hari ke-6, dengan berat ekstrak tertinggi diperoleh pada hari ke pada hari ke pada hari ke pada hari ke pada hari ke pada hari ke pada hari ke -6, sebesar 3,27 g/1 6, sebesar 3,27 g/1 6, sebesar 3,27 g/1 6, sebesar 3,27 g/1 6, sebesar 3,27 g/1 6, sebesar 3,27 g/1 6, sebesar 3,27 g/1 6, sebesar 3,27 g/1 00 mL medium 00 mL medium 00 mL medium 00 mL medium . Adapun rasio C/N pada media ISP4-A yang menunjukkan kondisi terbaik ialah C/N 8.5 (Pati 10 g/L; Ammonium Sulfat 1 g/L), pada suhu 26°C±2°C, agitasi 150 rpm, konsentrasi inokulum 10% (v/v) selama 14 hari. Aktivitas penghambatan yang Aktivitas penghambatan yang Aktivitas penghambatan yang Aktivitas penghambatan yang Aktivitas penghambatan yang Aktivitas penghambatan yang Aktivitas penghambatan yang Aktivitas penghambatan yang Aktivitas penghambatan yang Aktivitas penghambatan yang dihasilkan tergolong kuat (14,8 tergolong kuat (14,8 tergolong kuat (14,8 tergolong kuat (14,8 tergolong kuat (14,8 ± 2,54 mm) terhadap bakteri mm) terhadap bakteri mm) terhadap bakteri mm) terhadap bakteri mm) terhadap bakteri mm) terhadap bakteri mm) terhadap bakteri mm) terhadap bakteri mm) terhadap bakteri E. coli coli coli pada hari ke pada hari ke pada hari ke pada hari ke pada hari ke pada hari ke -6, lalu terhadap 6, lalu terhadap 6, lalu terhadap 6, lalu terhadap 6, lalu terhadap 6, lalu terhadap 6, lalu terhadap bakteri bakteri bakteri P. aeruginosa aeruginosa aeruginosa dengan aktivitas sedang di hari 10, dan 12 secara berturut dengan aktivitas sedang di hari 10, dan 12 secara berturut dengan aktivitas sedang di hari 10, dan 12 secara berturut dengan aktivitas sedang di hari 10, dan 12 secara berturut dengan aktivitas sedang di hari 10, dan 12 secara berturut dengan aktivitas sedang di hari 10, dan 12 secara berturut dengan aktivitas sedang di hari 10, dan 12 secara berturut dengan aktivitas sedang di hari 10, dan 12 secara berturut dengan aktivitas sedang di hari 10, dan 12 secara berturut dengan aktivitas sedang di hari 10, dan 12 secara berturut dengan aktivitas sedang di hari 10, dan 12 secara berturut dengan aktivitas sedang di hari 10, dan 12 secara berturut dengan aktivitas sedang di hari 10, dan 12 secara berturut dengan aktivitas sedang di hari 10, dan 12 secara berturut dengan aktivitas sedang di hari 10, dan 12 secara berturut dengan aktivitas sedang di hari 10, dan 12 secara berturut dengan aktivitas sedang di hari 10, dan 12 secara berturut dengan aktivitas sedang di hari 10, dan 12 secara berturut dengan aktivitas sedang di hari 10, dan 12 secara berturut dengan aktivitas sedang di hari 10, dan 12 secara berturut dengan aktivitas sedang di hari 10, dan 12 secara berturut dengan aktivitas sedang di hari 10, dan 12 secara berturut dengan aktivitas sedang di hari 10, dan 12 secara berturut dengan aktivitas sedang di hari 10, dan 12 secara berturut dengan aktivitas sedang di hari 10, dan 12 secara berturut dengan aktivitas sedang di hari 10, dan 12 secara berturut -turut (6,58 ± 3,91 mm ); dan ; dan ; dan (5,1 ± 0,28 mm ). Profil metabolit menunjukkan adanya fluktuasi dari keempat asam organik dan glukosa. Penambahan konsentrasi pati 15 g/L mampu meningkatkan produksi asam glukonat (>8.000?g/mL), glukosa (>6.000?g/mL), dan asam sitrat (~1.200?g/mL). Hasil analisis GC-MS pada rasio C/N terbaik menunjukkan bahwa tidak ditemukannya senyawa antibakteri berbasis alkaloid. Namun, ditemukan 22 senyawa yang dapat terbagi ke dalam 8 kelompok, yakni silicate, phthalate, phenylpropane, methyl ester fatty acid, fatty acid alcohol, fatty acid, alkane, dan alcohol. Tidak ditemukannya senyawa alkaloid dalam penelitian ini, sehingga diperlukan evaluasi terhadap pemilihan metode dan jenis pelarut ekstraksi untuk mendapatkan senyawa antibakteri berbasis alkaloid.