Sebagai ibu kota negara dan wilayah metropolitan, tingginya aktivitas masyarakat
berpengaruh pada buruknya kualitas udara di DKI Jakarta. Karena itu, diperlukan
penyusunan rencana pengendalian pencemaran udara yang terpadu. Salah satu
kuncinya dengan melaksanakan inventarisasi emisi untuk mengidentifikasi
sumber dan prediksi konsentrasi pencemar, sebagai landasan pembuatan
kebijakan publik. Melalui penelitian ini, dilakukan inventarisasi emisi di DKI
Jakarta untuk jenis polutan CO, NOx, SOx, dan Particulate Matter (PM2.5, dan
PM10) pada sektor transportasi, residensial, pembangkit listrik, industri, agrikultur,
serta limbah padat. Data aktivitas yang digunakan adalah data tahun 2019 hingga
2021, untuk mengetahui dampak pandemi Covid-19 terhadap tingkat pencemaran
udara. Pedoman utama penelitian ini adalah Guidelines for Developing Emission
Inventory in East Asia 2011 dan EMEP/EEA Emission Inventory Guidebook 2019
dengan keakuratan Tier 1, dan pendekatan top-down. Hasil inventarisasi
menunjukkan bahwa jenis bahan bakar yang paling banyak dikonsumsi di DKI
Jakarta adalah gas alam, dengan total 301.457.025 GJ. Karbon monoksida (CO)
menjadi jenis polutan yang paling banyak diemisikan oleh sektor transportasi
(1.947.901,86 ton), pertanian (171,75 ton), dan limbah padat (14.350,42 ton).
Nitrogen oksida (NOx) menjadi jenis polutan yang paling banyak diemisikan oleh
sektor industri (9.737,73 ton), rumah tangga (2.985,56 ton) dan pembangkit
(20.955,25 ton). Pada sektor peternakan, jenis polutan yang dominan adalah PM10
(3.766,68 ton). Dari total emisi selama tahun 2019 – 2021, sektor transportasi
menjadi kontributor utama emisi CO (98,5%), dan NOx (72%), sektor limbah
padat menjadi kontributor utama emisi PM10 (68,8%), dan PM2.5 (67,8%), serta
sektor industri menjadi kontributor utama emisi SOx (56,5%). Secara umum
terjadi penurunan emisi CO (-17%), NOx (-17,6%) dan SOx (-80,1%) di tahun
2020 dibandingkan dengan tahun 2019. Emisi kembali naik di tahun 2021 (CO:
5,5%, NOx: 7,7%, SOx: 223%). Sementara tren emisi PM10 dan PM2.5 naik setiap
tahun (meningkat 19,4% untuk PM10 dan 18,7% untuk PM2.5 di tahun 2020, lalu
di 2021 meningkat 3,6% untuk PM10, dan 3,2% untuk PM2.5).