Sedimen danau memiliki pontensi menyimpan informasi mengenai sejarah
perubahan iklim dan lingkungan di masa lalu atau lebih dikenal dengan
paleoklimat. Danau Towuti merupakan salah satu danau dari sistem kompleks
Danau Malili (MLS), Sulawesi Selatan, Indonesia dengan luas 561 km2 dan
kedalaman 203 m. Selain Danau Towuti pada MLS ini terdapat 2 danau besar yang
lain yaitu Danau Matano dan Danau Mahalona yang saling terhubung oleh sungai
Mahalona, serta dua danau satelit (Danau Lontoa dan Danau Masapi). Secara
geologi Danau Towuti terletak pada sabuk East Sulawesi Ophiolite (ESO) yang
didominasi oleh batuan ultramafik. Hal ini menyebabkan sedimen Danau Towuti
memiliki karakteristik magnetik yang cukup menarik karena perlapukan batuan
ultramafik menghasilkan tanah laterit. Tanah laterit merupakan tanah yang
memiliki konsentrasi besi (Fe) dan aluminium (Al) yang tinggi. Selain itu Danau
Towuti juga terletak pada pusat zona Indo-Pacific Warm Pool (IPWP) yaitu salah
satu dari tiga zona konveksi terbesar di dunia. Sehingga sedimen Danau Towuti
dikaji secara intensif dalam rekonstruksi perubahan iklim dan lingkungan pada
masa lampau. Berdasarkan hasil kajian yang dihasilkan terdapat pertanyaan
mengenai sumber tingginya unsur magnesium (Mg) dan kalsium (Ca) pada bagian
utara Danau Towuti tepatnya pada muara sungai Mahalona. Hal ini diperkirakan
berasal dari sedimen Danau Mahalona yang tertransportasi melalui sungai
Mahalona ke Danau Towuti. Namun pada sungai Mahalona terdapat percabangan
sungai (yaitu sungai Lampenisu) yang juga dapat berkontribusi pada tingginya
unsur Mg dan Ca tersebut. Dalam penelitian ini sumber unsur Mg dan Ca dikaji
dengan menganalisa sampel sedimen permukaan sungai Lampenisu (LR), sungai
Mahalona (MR), serta gabungan kedua sungai tersebut sebelum memasuki Danau
Towuti. Terdapat dua belas sampel sedimen permukaan pada penelitian ini yang
akan dianalisis magnetik khususnya parameter suseptibilitas magnetik dan histerisis
magnetik, analisis geokimia (X-Ray Fluorescence, XRF), serta analisis mineralogi
(X-Ray Diffraction, XRD) khususnya mineral magnetik. Hasil pengukuran
suseptibilitas magnetik menunjukkan bahwa sampel LR memiliki suseptibilitas
magnetik yang lebih tinggi ((518,8 ± 27,8) × 10?8 m3/kg) dibandingkan sampel MR
((218,3 ± 104,4) × 10?8 m3/kg) dan sampel LR juga memiliki suseptibilitas
frekuensi dependen yang lebih rendah (1,40 ± 0,86%) dibandingkan sampel MRii
(4,94 ± 2,23%). Namun analisis domain magnetik dan ukuran bulir mineral
magnetik dengan menggunakan parameter-parameter histeresis magnetik
mengindentifikasi sampel sedimen permukaan LR dan MR memiliki Pseudo-single
Domain (PSD). Analisis Geokimia (XRF) menunjukkan sampel sedimen
permukaan LR memiliki konsentrasi unsur Mg 13,28 ± 1,68% dan Ca 0,89 ± 0,25%
yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel MR yang hanya memiliki
konsentrasi unsur Mg 3,45 ± 1,59% dan Ca 0,66 ± 0,40%. Analisis XRD
menemukan mineral dengan struktur kristal sodalite di LR tetapi tidak di MR.
Mineral sodalite bersifat non-magnetik, sehingga mineral yang memiliki bentuk
kristal sodalite diduga merupakan mineral valleyite, yaitu mineral dengan rumus
kimia Ca4(Fe, Al)6O13. Terdapatnya mineral ini memberikan kontribusi tingginya
konsentrasi unsur Ca pada sampel LR. Sedangkan tingginya konsentrasi Mg pada
LR mungkin disebabkan oleh batuan peridotit yang terserpentinisasi. Dengan
demikian LR dianggap sebagai sumber tingginya unsur Mg dan Ca di bagian utara
Danau Towuti. Kajian ini menunjukkan pentingnya identifikasi sumber sedimen di
danau-danau besar seperti Danau Towuti, dimana influx bisa berasal dari beberapa
sungai di sekitar danau.