digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sedimen danau memiliki pontensi menyimpan informasi mengenai sejarah perubahan iklim dan lingkungan di masa lalu atau lebih dikenal dengan paleoklimat. Danau Towuti merupakan salah satu danau dari sistem kompleks Danau Malili (MLS), Sulawesi Selatan, Indonesia dengan luas 561 km2 dan kedalaman 203 m. Selain Danau Towuti pada MLS ini terdapat 2 danau besar yang lain yaitu Danau Matano dan Danau Mahalona yang saling terhubung oleh sungai Mahalona, serta dua danau satelit (Danau Lontoa dan Danau Masapi). Secara geologi Danau Towuti terletak pada sabuk East Sulawesi Ophiolite (ESO) yang didominasi oleh batuan ultramafik. Hal ini menyebabkan sedimen Danau Towuti memiliki karakteristik magnetik yang cukup menarik karena perlapukan batuan ultramafik menghasilkan tanah laterit. Tanah laterit merupakan tanah yang memiliki konsentrasi besi (Fe) dan aluminium (Al) yang tinggi. Selain itu Danau Towuti juga terletak pada pusat zona Indo-Pacific Warm Pool (IPWP) yaitu salah satu dari tiga zona konveksi terbesar di dunia. Sehingga sedimen Danau Towuti dikaji secara intensif dalam rekonstruksi perubahan iklim dan lingkungan pada masa lampau. Berdasarkan hasil kajian yang dihasilkan terdapat pertanyaan mengenai sumber tingginya unsur magnesium (Mg) dan kalsium (Ca) pada bagian utara Danau Towuti tepatnya pada muara sungai Mahalona. Hal ini diperkirakan berasal dari sedimen Danau Mahalona yang tertransportasi melalui sungai Mahalona ke Danau Towuti. Namun pada sungai Mahalona terdapat percabangan sungai (yaitu sungai Lampenisu) yang juga dapat berkontribusi pada tingginya unsur Mg dan Ca tersebut. Dalam penelitian ini sumber unsur Mg dan Ca dikaji dengan menganalisa sampel sedimen permukaan sungai Lampenisu (LR), sungai Mahalona (MR), serta gabungan kedua sungai tersebut sebelum memasuki Danau Towuti. Terdapat dua belas sampel sedimen permukaan pada penelitian ini yang akan dianalisis magnetik khususnya parameter suseptibilitas magnetik dan histerisis magnetik, analisis geokimia (X-Ray Fluorescence, XRF), serta analisis mineralogi (X-Ray Diffraction, XRD) khususnya mineral magnetik. Hasil pengukuran suseptibilitas magnetik menunjukkan bahwa sampel LR memiliki suseptibilitas magnetik yang lebih tinggi ((518,8 ± 27,8) × 10?8 m3/kg) dibandingkan sampel MR ((218,3 ± 104,4) × 10?8 m3/kg) dan sampel LR juga memiliki suseptibilitas frekuensi dependen yang lebih rendah (1,40 ± 0,86%) dibandingkan sampel MRii (4,94 ± 2,23%). Namun analisis domain magnetik dan ukuran bulir mineral magnetik dengan menggunakan parameter-parameter histeresis magnetik mengindentifikasi sampel sedimen permukaan LR dan MR memiliki Pseudo-single Domain (PSD). Analisis Geokimia (XRF) menunjukkan sampel sedimen permukaan LR memiliki konsentrasi unsur Mg 13,28 ± 1,68% dan Ca 0,89 ± 0,25% yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel MR yang hanya memiliki konsentrasi unsur Mg 3,45 ± 1,59% dan Ca 0,66 ± 0,40%. Analisis XRD menemukan mineral dengan struktur kristal sodalite di LR tetapi tidak di MR. Mineral sodalite bersifat non-magnetik, sehingga mineral yang memiliki bentuk kristal sodalite diduga merupakan mineral valleyite, yaitu mineral dengan rumus kimia Ca4(Fe, Al)6O13. Terdapatnya mineral ini memberikan kontribusi tingginya konsentrasi unsur Ca pada sampel LR. Sedangkan tingginya konsentrasi Mg pada LR mungkin disebabkan oleh batuan peridotit yang terserpentinisasi. Dengan demikian LR dianggap sebagai sumber tingginya unsur Mg dan Ca di bagian utara Danau Towuti. Kajian ini menunjukkan pentingnya identifikasi sumber sedimen di danau-danau besar seperti Danau Towuti, dimana influx bisa berasal dari beberapa sungai di sekitar danau.