digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ndonesia merupakan negara dengan biodiversitas tumbuhan terbesar kedua di dunia. Keanekaragaman hayati yang tinggi tersebut menyimpan potensi tumbuhan berkhasiat obat yang belum tergali secara maksimum. Salah satu wilayah Indonesia yang memiliki potensi tumbuhan obat adalah Provinsi Papua. Berdasarkan Riset Khusus Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan Tumbuhan Obat Berbasis Komunitas di Indonesia (RISTOJA) yang dilaksanakan di Provinsi Papua pada tahun 2017 diperoleh hasil tumbuhan yang digunakan dalam pengobatan tradisional berjumlah 1.180 tumbuhan dan yang berhasil teridentifikasi berjumlah 885 informasi Tumbuhan Obat (TO) yang terdiri atas 272 jenis TO. Tumbuhan yang digunakan dalam pengobatan berjumlah 195 TO, 152 tumbuhan diantaranya berhasil diidentifikasi yang terdiri dari 152 jenis dan 87 suku. Tumbuhan obat yang berhasil dikoleksi tersebar di 15 wilayah Kabupaten/Kotamadya yang meliputi 20 etnis/suku di wilayah Provinsi Papua. Radikal bebas merupakan suatu senyawa atau molekul yang mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan dalam orbital atom atau molekul terluarnya dan menyebabkan terjadinya proses stres oksidatif. Radikal bebas seperti molekul oksigen reaktif (ROS) telah diketahui terlibat dalam timbulnya patogenesis berbagai penyakit. Salah satu sumber radikal bebas yaitu proses oksidasi xantin atau hipoxantin oleh xantin oksidase menjadi asam urat. Pengembangan keilmuan khususnya di bidang eksplorasi tumbuhan obat Papua hingga saat ini hanya berkaitan dengan kajian ekologi, taksonomi dan etnobotani, sedangkan penelitian tentang kajian fitokimia mengenai isolasi dan penemuan senyawa serta uji aktivitas antioksidan dan inhibisi xantin oksidase masih sangat terbatas, maka dipilih 5 (lima) tumbuhan obat tradisional Papua menurut asal daerah dan wilayah etnis yang berbeda mewakili lima wilayah adat di Provinsi Papua yaitu tumbuhan sarang semut merah (Myrmecodia beccarii Hook.f.) yang berasal dari wilayah Anim Ha; daun jilat (Villebrunea rubescens) dari wilayah Saireri; daun katuk hutan (Breynia cernua) dari wilayah Mamta; daun sampare (Bridelia sp.) dari wilayah Me Pago dan daun dollu (Dodonaea viscosa) dari wilayah La Pago untuk dilakukan penelitian tentang kajian fitokimia dan pengujian aktivitas antioksidan serta inhibisi xantin oksidase. Penelitian melalui beberapa tahapan utama yaitu karakterisasi simplisia, penapisan fitokimia, ekstraksi, penetapan kadar fenol total dan flavonoid total, uji aktivitas antioksidan, inhibisi xantin oksidase, isolasi, uji aktivitas isolat dan karakterisasi-identifikasi isolat. Simplisia lima tumbuhan obat Papua mengandung berbagai golongan senyawa flavonoid, tanin, kuinon, fenol, saponin dan steroid/triterpenoid. Hasil penetapan karakterisasi simplisia lima tumbuhan obat Papua memberi hasil yang beragam berdasarkan berbagai penetapan parameter yaitu penetapan kadar sari larut etamol, kadar sari larut air, susut pengeringan, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam dan kadar air. Hasil penetapan kadar fenol total dan flavonoid total ekstrak tumbuhan obat Papua berada pada rentang secara berurutan 2,41 - 9,01 (g GAE/100 g ekstrak) dan 0,89 - 8,03 (g QE/100 g ekstrak). Uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) diperoleh nilai AAI antara 0,12 - 3,2, sedangkan uji aktivitas dengan menggunakan metode CUPRAC diperoleh nilai AAI antara 0,22 - 4,27. Asam askorbat digunakan sebagai pembanding dengan nilai AAI DPPH dan CUPRAC secara berurutan 10,20 dan 11,92. Pengujian aktivitas inhibisi xanthin oxidase (XO) terhadap ekstrak tumbuhan obat Papua secara in vitro menggunakan microplate reader dan diperoleh nilai persen inhibisi bervariasi antara 9,03 - 62,36 % pada konsentrasi 100 µg/mL. Ekstrak tumbuhan terpilih M. beccarii meniliki nilai IC50 untuk ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol berturut-turut 182, 97; 20,24 dan 64,74 dan pembanding allopurinol dengan IC50 sebesar 5,03 µg/mL. Isolat MB2-1, MB2-2 dan MB2-3, telah berhasil diisolasi dari ekstrak etil asetat M. beccarii (MB2). Uji kuantitatif menunjukkan bahwa semua isolat memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai AAI DPPH secara berurut- turut 1,40 0,55 dan 1,28 serta aktivitas inhibisi XO dengan IC50 berturut-turut 51,26, 63,76 dan 86,84 µg/mL. Berdasarkan hasil karakterisasi dan identifikasi dengan KLT-densitometri dan KCKT diketahui bahwa isolat MB2-1 merupakan asam kafeat, sedangkan berdasarkan analisis dengan KLTdensitometri dan resonansi magnetik inti (RMI) isolat MB2-2 adalah isoliquiritigenin dan isolat MB2-3 adalah asam protokatekuat, yang memiliki aktivitas antioksidan dan penghambat XO. Tumbuhan sarang semut (M.beccarii) memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi sumber antioksidan dan inhibitor XO dari alam.