digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Usman Abdulaziz
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan

Ketunarunguan merupakan istilah yang menunjukkan gangguan pendengaran yang mengakibatkan berkurang atau hilangnya kemampuan mendengar seseorang baik secara sebagian atau seluruhnya. Dampak utama dari ketunarunguan adalah hambatan perkembangan bahasa yang menyebabkan dampak-dampak lain yang lebih kompleks dan signifikan bagi kehidupan penyandangnya. Konsekuensi dari terhambatnya perkembangan bahasa memengaruhi aspek pendidikan, komunikasi, adaptasi sosial, hingga perilaku dan kepribadian dari tunarungu yang seringkali membuat tunarungu terisolasi dan mendapatkan perlakuan diskriminatif dalam kehidupan sosial. Proyek ini merupakan proyek Sekolah Luar Biasa, yaitu fasilitas pendidikan khusus tunarungu yang terintegrasi dengan pusat komunitas dengan lingkungan yang berpusat pada visual (visu-centric) sebagai wadah bagi tunarungu untuk berkembang, mengenyam pendidikan, serta mengakulturasikan dirinya dengan komunitas tunarungu. Proyek ini menaungi 3 fungsi utama, yaitu sekolah, asrama, dan pusat komunitas khusus tunarungu. Proyek menempati lahan sebesar 11.000m2 dengan skala yang mencakup Bandung Raya dengan berlokasi di Kota Baru Parahyangan, tepatnya di Jalan Guru Gantangan, Kecamatan Padalarang. Isu perancangan pada proyek ini berfokus pada tiga hal, yaitu lingkungan fisik yang ramah tunarungu (deaf space), lingkungan pembelajaran yang optimal, serta integrasi dengan komunitas tunarungu. Konsep utama dalam proyek ini ada Deaf Space to Place, yaitu menciptakan lingkungan yang berpusat pada visual untuk mendukung tunarungu beraktivitas, berorientasi dalam ruang, dan berinteraksi dengan sesamanya menggunakan bahasa isyarat. Konfigurasi ruang dalam proyek dirancang untuk meminimalisir hambatan akses visual dan memungkinkan tunarungu melihat dan berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Ruang-ruang dibuat saling terhubung dengan berpusat pada courtyard dan communal space yang digunakan sebagai ruang interaksi siswa tunarungu. Bentuk massa bangunan dibuat radial dan melingkar menyesuaikan cara tunarungu berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Dalam bangunan dirancang bagian-bagian sebagai isyarat visual dalam bentuk warna dan material untuk memudahkan tunarungu berorientasi. Proyek ini terdiri dari tiga massa bangunan, yaitu pusat komunitas, sekolah, dan asrama dengan berpusat pada bangunan sekolah. Ketiga massa bangunan dihubungan dengan ruang luar sebagai ruang interaksi dan bermain siswa tunarungu. Ruang luar juga dirancang dengan plaza, retention pond, amphitheater, serta taman-taman yang mendukung aktivitas luar ruangan dari tunarungu.