2008 TA PP ANGGRAHAENI DEWI SELFITRI 1 - COVER
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
2008 TA PP ANGGRAHAENI DEWI SELFITRI 1 - BAB 1
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
2008 TA PP ANGGRAHAENI DEWI SELFITRI 1 - BAB 2
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
2008 TA PP ANGGRAHAENI DEWI SELFITRI 1 - BAB 3
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
2008 TA PP ANGGRAHAENI DEWI SELFITRI 1 - BAB 4
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
2008 TA PP ANGGRAHAENI DEWI SELFITRI 1 - BAB 5
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
2008 TA PP ANGGRAHAENI DEWI SELFITRI 1 - BAB 6
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
2008 TA PP ANGGRAHAENI DEWI SELFITRI 1 - PUSTAKA
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) adalah tumbuhan obat potensial dan telah banyak
digunakan sebagai bahan untuk membuat sediaan herbal. Senyawa yang bertanggung jawab terhadap
aktivitas sediaan herbal pegagan diantaranya golongan triterpenoid, salah satunya adalah
asiatikosida. Asiatikosida merupakan senyawa yang penting karena juga digunakan sebagai marker
dalam penetuan standar bahan baku C. asiatica. Kadar asiatikosida dan senyawa golongan
triterpenoid lain yang rendah dan tidak standar pada C. asiatica merupakan kendala dalam
pengembangan C. asiatica. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan produksi
asiatikosida dari kalus hasil elisitasi dan kalus hasil transformasi genetik C. asiatica yang lebih
besar dibandingkan daun C. asiatica yang ditumbuhkan secara konvensional. Kalus pegagan tumbuh dari
eksplan daun pegagan yang ditanam pada medium Murashige-Skoog (MS) ditambah 0,3% sukrosa, 0,8%
agar, 1 mg/L NAA sebagai auksin dan 1 mg/L BAP sebagai sitokinin. Elisitor yang digunakan adalah
pektin dengan konsentrasi (0,05, 0,1, 0,2 % w/v), sedangkan transformasi genetik dilakukan
menggunakan bakteri Agrobacterium rhizogenes ATCC 15834. Daun, kalus tanpa perlakuan, kalus
hasil elisitasi, kalus hasil transformasi genetik, dan kontrol masing- masing perlakuan diekstraksi
menggunakan metanol:air (9:1), kemudian dipekatkan. Analisis dilakukan menggunakan kromatografi
lapis tipis (KLT) dan spektrofotodensitometri lapis tipis. Pita KLT dari kalus hasil transformasi
genetik merupakan pita yang paling tebal intensitasnnya, sedangkan pita dari kalus hasil elisitasi
menggunakan berbagai konsentrasi pektin tidak dapat dibandingkan menggunakan KLT. Hasil analisis
densitometri lapis tipis untuk kalus hasil transformasi memberikan area dibawah kurva yang terluas.
Area yang diberikan oleh kalus hasil elisitasi lebih kecil dibanding kontrol dan kalus lainnya,
sedangkan area dari daun pegagan tidak dapat terdeteksi. Dapat disimpulkan bahwa transformasi
genetik dapat meningkatkan produksi asiatikosida dari kalus, sementara elisitasi menggunakan pektin
menyebabkan penurunan produksi asiatikosida pada kalus tanpa perlakuan, namun tetap lebih
tinggi nilainya dibandingkan asiatikosida pada daun pegagan.