Pegagan (Centella asiatica) adalah tanaman obat yang telah lama digunakan
dalam pengobatan tradisional di berbagai negara Asia. Tanaman ini memiliki
banyak manfaat kesehatan, termasuk meningkatkan daya tahan tubuh, mengatasi
gangguan kulit, meningkatkan sirkulasi darah, dan meningkatkan kognisi.
Metabolit sekunder seperti asiatikosida dan madekasosida yang terkandung dalam
pegagan berfungsi sebagai anti-inflamasi, antioksidan, anti-kanker, dan
neuroprotektif. Permintaan pasar untuk pegagan terus meningkat, didorong oleh
industri obat tradisional, suplemen makanan, farmasetika, dan kosmetika. Produksi
pegagan di lahan seluas 1 hektar dapat mencapai 6,94 ton biomassa basah dan 1,85
ton biomassa kering. Kebutuhan bahan segar pegagan mencapai 5760 kg per tahun,
dan jumlah produk yang mengandung pegagan terus meningkat, dengan kebutuhan
simplisia mencapai 126 ton per tahun.
Pra-rancangan sistem produksi kapsul dan salep berbahan dasar daun pegagan
ini menggunakan alternatif inovasi berupa perekayasaan media tumbuh yaitu
penggunaan pupuk kandang sapi, pupuk NPK 2 gram/tanaman, dan PGPR 20 mL/L
yang diintegrasikan dengan sistem irigasi sprinkler. Luas lahan yang digunakan
sebesar 3000 m2 dan dibagi menjadi 2 plot yaitu plot produksi biomassa pegagan
dan plot pascapanen. Lahan untuk plot produksi biomassa pegagan sebesar 2500
m2. Total bedengan datar berjumlah 25 bedengan dengan jarak antar bedengan
sebesar 1 m. Tiap bedengan terdapat 4 baris polybag dengan jumlah polybag per
barisnya berjumlah 200 polybag. Sehingga total luas efektif yang digunakan pada
sistem budidaya adalah 1250 m2.
Selain itu, terdapat area pascapanen yang digunakan sebagai subsistem
pengeringan daun hasil panen dan pengemasan. Luas area pascapanen sebesar 500
m2 dengan subsistem pengeringan sebesar 196 m2 yang berisikan oven pengering.
Setelah daun dikeringkan, selanjutnya daun kering hasil pengeringan disuplai ke
suatu subsistem pengemasan yang memiliki luas sebesar 304 m2. Pada ruangan ini,
daun kering digiling kemudian dikemas ke dalam kapsul ukuran 1 dalam mesin
pengemasan dan dimasukkan ke dalam botol berisikan 100 kapsul. Setengah dari hasil produksi gilingan diolah menjadi salep dengan berat bersih isian per botolnya
sebesar 10 gram.
Lokasi usaha ini dilakukan di lahan kecamatan Cicalengka, Kabupaten
Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat, pada koordinat 6°58’50”S dan 107°45’40”E
pada ketinggian 661 mdpl. Tempat ini dipilih dikarenakan ketinggian dan suhu pada
lahan ini cocok untuk budidaya pegagan sehingga dapat menghasilkan biomassa
yang optimal. Harga jual yang ditetapkan untuk penjualan kapsul adalah Rp51.500
sehingga BEP penjualan dapat dicapai ketika kapsul terjual sebanyak 768 unit,
sedangkan harga penjualan yang ditetapkan untuk salep adalah sebesar Rp46.500
sehingga BEP penjualan untuk salep dapat dicapai ketika telah terjual sebanyak
4809 unit.
Pra-rancangan ini membutuhkan biaya bahan baku sebesar Rp173.474.734
dengan total fixed cost per tahun sebesar Rp260.658.240 dan total variable cost per
tahun sebesar Rp206.124.688. Adapun biaya investasi yang harus dikeluarkan pada
awal usaha adalah sebesar Rp445.121.334. Selanjutnya, biaya investasi akan
kembali dalam waktu 1 tahun, 6 bulan, dan 3 hari berdasarkan perhitungan yang
dilakukan dengan analisis payback period. Usaha pada 3 tahun pertama dapat
dikatakan normal dan layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan nilai NPV
dengan suku bunga bank sebesar 6% menunjukkan hasil lebih dari 1, yaitu
Rp393.879.905. Perbandingan antara NPV positif dan NPV negatif juga
menunjukkan nilai 1,885 yang menunjukkan usaha layak dijalankan. Nilai Internal
Rate of Return (IRR) juga menunjukkan angka yang lebih besar dari Minimum
Attractive Rate of Return (MARR), yaitu sebesar 47,59% yang menunjukkan
manfaat yang didapat dari usaha ini lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
Usaha ini juga masih mampu berjalan dengan normal meskipun terjadi penurunan
penerimaan maupun kenaikan harga bahan baku sebanyak 5 hingga 10%. Indikatorindikator
tersebut menunjukkan bahwa usaha salep dan kapsul pegagan layak untuk
dijalankan.