penduduknya bermigrasi keluar dari desanya untuk mencari penghidupan yang
lebih layak. Ada yang pergi ke kota-kota besar terdekat, dan ada juga yang pergi
ke luar negeri menjadi buruh migran internasional atau Tenaga Kerja Indonesia
(TKI).
Jumlah remiten yang dikirim oleh para TKI asal Subang pada tahun 2006
diperkirakan mencapai hampir Rp. 650 milyar, yang dikirim melalui jasa
perbankan formal sebesar Rp. 350 milyar dan sisanya melalui jalur informal.
Namun uang sebanyak ini ternyata tidak memberikan dampak yang berarti di
beberapa tempat asal migran sehingga hal ini menjadi perhatian pemerintah
daerah setempat di mana peneliti bekerja, untuk mengetahui perilaku keluarga
migran dalam memanfaatkan surplus tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir sebagian besar remiten itu habis
untuk keperluan yang konsumtif seperti untuk pemenuhan kebutuhan hidup
sehari-hari, perbaikan rumah, membeli sepeda motor, dll. Alokasi remiten seperti
ini menyebabkan uang yang datang itu tidak berputar kembali menjadi kapasitas
produksi yang berkelanjutan.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab hal di atas. Pertama adalah faktor
internal dalam diri TKI dan keluarganya seperti atribut keluarga, persepsi terhadap
remiten, faktor psikologis seperti motivasi, usia dan siklus hidup serta kurangnya
pengetahuan berwirausaha. Lalu ada faktor eksternal dari desa seperti ketiadaan
pasar lokal, tidak adanya efektif deman dan lemahnya leadership di tingkat desa.
Terakhir adalah faktor dari luar desa yaitu kedekatan lokasi ketiga desa dengan
daerah urban dan adanya jalur transportasi yang cukup baik, sehingga kontak
dengan daerah perkotaan cukup intens, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap
pola konsumsi sebagian TKI.