digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Rianti Jihan Mawarni
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 1 Rianti Jihan Mawarni
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 2 Rianti Jihan Mawarni
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 3 Rianti Jihan Mawarni
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 4 Rianti Jihan Mawarni
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 5 Rianti Jihan Mawarni
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

PUSTAKA Rianti Jihan Mawarni
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

LAMPIRAN Rianti Jihan Mawarni
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

Kota Bandung memiliki jumlah dan kepadatan penduduk tertinggi di Provinsi Jawa Barat.Banyaknya jumlah penduduk ini apabila tidak diatur dengan baik maka akan mengakibatkan masalah di berbagai bidang, salah satunya masalah di bidang transportasi. Menurut survei Asian Development Bank (ADB), Kota Bandung disebut sebagai salah satu kota termacet di Indonesia. Untuk menyelesaikan masalah kemacetan tersebut, perlu dilakukan perencanaan transportasi yang baik. Dalam perencanaan transportasi, tahap awal yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi bangkitan pergerakan. Penelitian ini berusaha untuk mencari tahu perubahan tingkat bangkitan pergerakan sebelum dan sesudah masa pandemi di kawasan permukiman kelas ekonomi menengah kebawah, mengidentifikasi faktor yang mempengaruhinya dan mengkaji dampak dari perubahan tingkat bangkitan pergerakan terhadap kebijakan transportasi. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner terhadap 100 penduduk yang bertempat tinggal di Kecamatan Babakan Ciparay, Bojongloa Kaler, Bandung Kulon dan Kiaracondong yang kemudian diolah dengan menggunakan analisis regresi linear berganda, statistik deksriptif, statistik inferensial dan klasifikasi silang. Hasil dari penelitian ini adalah bangkitan pergerakan mengalami berubahan antara periode sebelum dan sesudah masa pandemi Covid-19 dimana tingkat bangkitan pergerakan pada tahun 2018 ke tahun 2020 menurun, sedangkan tahun 2020 ke tahun 2022 meningkat hampir 3 kali lipat. Faktor yang mempengaruhi bangkitan pergerakan setelah masa pandemi antara lain jumlah penduduk usia produktif, jumlah anggota keluarga yang bekerja dan sekolah, serta jumlah pendapatan perbulan dan jumlah kendaraan. Saat memasuki masa pandemi kebijakan lebih difokuskan untuk pembatasan pergerakan masyarakat dengan mempertimbangkan bangkitan pergerakan sebelum masa pandemi yang besar. Sehingga pada masa pandemi bangkitan pergerakan mengalami penurunan dibandingkan sebelum masa pandemi. Namun pada akhir masa pandemi, pembatasan pergerakan sedikit demi sedikit tidak diberlakukan sehingga aktivitas masyarakat menjadinormal kembali. Oleh karena itu, saat ini pemerintah berusaha menampung pergerakan tersebut dengan mendorong penggunaan transportasi umum.