Empat stasiun yang melayani Kereta Komuter Bandung Raya dengan jumlah
penumpang yang padat yaitu Stasiun Cicalengka, Stasiun Kiaracondong, Stasiun
Bandung, dan Stasiun Padalarang. Terdapat batasan dalam mengakses gerbang
masuk dengan kondisi dan karakteristik lingkungannya masing masing, padahal
aksesibilitas menjadi faktor yang menentukan alternatif moda perjalanan. Tujuan
dari penelitian ini adalah evaluasi aksesibilitas stasiun komuter di wilayah Bandung
Raya dengan melakukan identifikasi pola perjalanan eksisting, yang didukung
dengan data survei terkait pola pemilihan moda beserta karakteristik perjalanan
penumpang. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisis terhadap moda
perjalanan pilihan beserta faktor yang mempengaruhi pemilihan moda akses
tersebut, karakteritik perjalanan dan demografi, catchment area, keterkaitan antara
moda akses dengan jarak tempuh dari stasiun, yang diakhiri dengan rekomendasi
guna meningkatkan aksesibilitas untuk pejalan kaki dan pengguna angkutan umum.
Dari hasil analisis, diketahui bahwa rata rata pengeluaran per hari untuk
transportasi pengguna kendaraan bermotor lebih besar 1.6 kali lipat dibandingkan
dengan pejalan kaki. Untuk moda kendaraan bermotor, diketahui bahwa stasiun luar
Kota Bandung memiliki luas catchment area yang lebih besar dibanding stasiun
dalam Kota Bandung serta jarak akses menuju stasiun yang relatif jauh, yang juga
membuat biaya transportasi jika menggunakan angkutan online menjadi tergolong
tinggi. Pejalan kaki merupakan pilihan yang mayoritas dipilih responden pada jarak
kurang dari 2-kilometer, dengan jumlah responden kumulatif sebanyak 95%.
Kenaikan tertinggi grafik untuk pejalan kaki yakni pada jarak 0.4-kilometer hingga
1.2-kilometer dengan kenaikan 80%, yang menunjukkan jarak tempuh mayoritas
pejalan kaki dalam menuju ke stasiun tinjauan. Didapatkan hasil bahwa alternatif
gerbang lain dapat mengurangi jarak akses menuju stasiun hingga hanya menjadi
0.84 kali jauhnya dibandingkan kondisi eksisting.