digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Oktaviani Riandiatmi
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER Oktaviani Riandiatmi
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 1 Oktaviani Riandiatmi
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 2 Oktaviani Riandiatmi
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 3 Oktaviani Riandiatmi
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 4 Oktaviani Riandiatmi
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 5 Oktaviani Riandiatmi
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 6 Oktaviani Riandiatmi
PUBLIC Irwan Sofiyan

PUSTAKA Oktaviani Riandiatmi
PUBLIC Irwan Sofiyan

Empat stasiun yang melayani Kereta Komuter Bandung Raya dengan jumlah penumpang yang padat yaitu Stasiun Cicalengka, Stasiun Kiaracondong, Stasiun Bandung, dan Stasiun Padalarang. Terdapat batasan dalam mengakses gerbang masuk dengan kondisi dan karakteristik lingkungannya masing masing, padahal aksesibilitas menjadi faktor yang menentukan alternatif moda perjalanan. Tujuan dari penelitian ini adalah evaluasi aksesibilitas stasiun komuter di wilayah Bandung Raya dengan melakukan identifikasi pola perjalanan eksisting, yang didukung dengan data survei terkait pola pemilihan moda beserta karakteristik perjalanan penumpang. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisis terhadap moda perjalanan pilihan beserta faktor yang mempengaruhi pemilihan moda akses tersebut, karakteritik perjalanan dan demografi, catchment area, keterkaitan antara moda akses dengan jarak tempuh dari stasiun, yang diakhiri dengan rekomendasi guna meningkatkan aksesibilitas untuk pejalan kaki dan pengguna angkutan umum. Dari hasil analisis, diketahui bahwa rata rata pengeluaran per hari untuk transportasi pengguna kendaraan bermotor lebih besar 1.6 kali lipat dibandingkan dengan pejalan kaki. Untuk moda kendaraan bermotor, diketahui bahwa stasiun luar Kota Bandung memiliki luas catchment area yang lebih besar dibanding stasiun dalam Kota Bandung serta jarak akses menuju stasiun yang relatif jauh, yang juga membuat biaya transportasi jika menggunakan angkutan online menjadi tergolong tinggi. Pejalan kaki merupakan pilihan yang mayoritas dipilih responden pada jarak kurang dari 2-kilometer, dengan jumlah responden kumulatif sebanyak 95%. Kenaikan tertinggi grafik untuk pejalan kaki yakni pada jarak 0.4-kilometer hingga 1.2-kilometer dengan kenaikan 80%, yang menunjukkan jarak tempuh mayoritas pejalan kaki dalam menuju ke stasiun tinjauan. Didapatkan hasil bahwa alternatif gerbang lain dapat mengurangi jarak akses menuju stasiun hingga hanya menjadi 0.84 kali jauhnya dibandingkan kondisi eksisting.