Menurut data yang dirilis oleh BPS, pertumbuhan jumlah penduduk di daerah
perkotaan semakin meningkat setiap tahunnya. Bahkan, diperkirakan pada tahun
2035 persentase penduduk daerah perkotaan akan mencapai 66,6% dari total
seluruh penduduk Indonesia. Hal ini berpotensi menimbulkan permasalahan-
permasalahan baru di kota. Untuk menanggulangi potensi permasalahan-
permasalahan tersebut dibutuhkan sistem monitoring permasalahan kota yang
efektif dan efisien. Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah konsep Smart
City yang memanfaatkan teknologi sensor, IoT, dan Cloud Computing. Teknologi
ini dapat digunakan untuk memonitoring dan mendapatkan data serta informasi
perkotaan secara real-time. Namun, distribusi dan pemasangan infrastruktur sensor
dan IoT di seluruh penjuru kota akan memakan waktu lama dan biaya yang relatif
mahal. Sebagai alternatifnya, saat ini telah muncul paradigma penginderaan baru
yaitu Mobile Crowdsensing (MCS). MCS adalah metode pengumpulan data dan
informasi oleh masyarakat menggunakan mobilephone. Fokus penelitian ini adalah
mengkaji dan menganalisis pengembangan metode pengolahan data MCS yang
low-cost dan efisien dalam melakukan sistem monitoring berbasis Digital Geotwin.
Teknologi Digital Geotwin dapat merepresentasikan objek-objek serta kondisi
dunia fisik ke dalam dunia digital secara faktual. Selain itu, Digital Geotwin bisa
meningkatkan pemahaman spasial terhadap permasalahan-permasalahan kota yang
terjadi di lapangan, seperti lokasi terjadinya permasalahan dan visualisasi objek
permasalahan dalam bentuk 3D. Pengembangan yang dilakukan pada penelitian ini
memuat dua aspek, yang pertama yaitu peningkatan akurasi lokasi koordinat objek
permasalahan berdasarkan data yang diperoleh dari MCS. Yang kedua adalah
pembangunan model 3D objek permasalahan lalu mengintegrasikannya ke dalam
platform yang berbasis Digital Geotwin. Metode peningkatan akurasi koordinat
dilakukan dengan cara menambah parameter koordinat pendekatan dari Google
Maps serta melakukan transformasi sistem koordinat. Hasil evaluasi penentuan
koordinat menunjukkan peningkatan akurasi yang cukup baik. Sedangkan,
pembangunan model 3D dilakukan dengan cara memanfaatkan data berupa foto-
foto objek permasalahan yang dihasilkan dari MCS. Berdasarkan hasil evaluasi
user experience melalui kuesioner yang menilai dari tiga aspek yaitu aspek
komparasi, aspek kepuasan, dan aspek kegunaan, menyatakan bahwa pemanfaatan
dan visualisasi secara 3D terbukti lebih baik dibandingkan dengan visualisasi 2D.