Penelitian dilakukan di Sungai Jambu, yang merupakan sungai orde-3 dalam
Daerah Aliran Sungai (DAS) Donan di Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah,
tepatnya di sekitar Jembatan Cikuya. Ada beberapa permasalahan yang terjadi di
sekitar lokasi penelitian, seperti kejadian banjir pada tanggal 21 Juli 2021,
keruntuhan tebing sungai, dan terjadi gerusan lokal yang mengakibatkan turunnya
dinding penahan tanah di bawah abutment Jembatan Cikuya sekitar 6 hingga
8 cm. Maksud dari penelitian ini adalah menguraikan informasi dan fakta terkait
permasalahan sumber daya air di Sungai Jambu khususnya di sekitar Jembatan
Cikuya, dengan tujuan menentukan relasi dan menginterpretasikan informasi dan
fakta yang diperoleh melalui analisis data sehingga dapat memberikan jawaban
terkait penyebab banjir di sekitar Jembatan Cikuya, perubahan morfologi akibat
angkutan sedimen dan keruntuhan tebing yang disebabkan oleh kehilangan
stabilitas dan erosi pada kaki tebing, serta penyebab gerusan lokal di bawah
abutment Jembatan Cikuya. Penelitian ini juga akan mengevaluasi penanganan
permasalahan banjir dan keruntuhan tebing yang dilakukan oleh Balai Besar
Wilayah Sungai Serayu Opak pada tahun 2022 dan memberikan rekomendasi untuk
tindakan lanjut penanganan permasalahan yang ada di Sungai Jambu khususnya di
sekitar Jembatan Cikuya.
Dalam penelitian ini, analisis hidrologi dilakukan menggunakan perangkat lunak
HEC-HMS 4.1.1, sementara analisis hidraulika berupa simulasi banjir 1D/2D,
simulasi angkutan sedimen dengan Bank Stability and Toe Erotion Model
(BSTEM) 1D, dan simulasi gerusan lokal 1D pada dinding penahan tanah di bawah
abutment Jembatan Cikuya dilakukan dengan perangkat lunak HEC-RAS 6.3.1.
Simulasi banjir menggunakan Unsteady, Combined 1D/2D Model, dengan debit
rencana periode ulang 20 tahun untuk mengevaluasi kemampuan penampang
Sungai Jambu pada kondisi sebelum dan setelah dibangun tanggul berdasarkan
kriteria desain tanggul untuk kawasan ibukota kabupaten/kota pada Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 25 Tahun 2015. Debit
kejadian banjir 21 Juli 2021 juga disimulasikan untuk menginterpretasikan kejadian
banjir saat terjadi hujan ekstrem. Prediksi elevasi muka air pasang-surut dengan
interval waktu 1 jam selama kejadian banjir digunakan sebagai kondisi batas hilir.
Simulasi angkutan sedimen untuk memprediksi perubahan morfologi sungai secara
vertikal dan lateral selama 10 tahun ke depan dilakukan dengan model Quasi-
Unsteady, One-Dimensional (1D), Mobile Bed Sediment Model, yang
diintegrasikan dengan pemodelan gerusan kaki dan erosi tebing menggunakan
ARS-USDA Bank-Stability and Toe Erosion Model (BSTEM). Simulasi gerusan
abutment jembatan dilakukan menggunakan hasil dari simulasi hidraulika dan
dimodelkan menggunakan Flow Hydrograph berupa debit banjir periode ulang 100
tahun sebagai kondisi batas hulu yang dilakukan dengan tiga skenario Stage
Hydrograph sebagai kondisi batas hilir berupa elevasi muka air pasang-surut
tertinggi selama periode waktu tertentu, elevasi muka air pasang-surut rata-rata, dan
elevasi muka air pasang-surut terendah selama periode waktu tertentu.
Hasil analisis menunjukkan penyebab terjadinya banjir tanggal 21 Juli 2021 adalah
curah hujan tinggi yang menimbulkan debit banjir sebesar 416,10 m3/s atau setara
dengan debit maksimum rencana dengan periode ulang 47,37 tahun, elevasi tebing
sungai kondisi sebelum dibangunnya tanggul di sekitar Jembatan Cikuya yang
cukup rendah sehingga penampang sungai tidak mampu menampung aliran debit
banjir, serta fenomena pasang yang menyebabkan penurunan elevasi muka air
banjir mengalami keterlambatan (lag). Pengendalian banjir di Sungai Jambu pada
tahun 2022 dengan pembangunan tanggul di hilir Jembatan Cikuya dapat menahan
limpasan debit banjir rencana periode ulang 20 tahun, namun tidak dapat menahan
limpasan kejadian banjir ekstrem seperti yang terjadi pada tanggal 21 Juli 2021.
Hasil dari simulasi angkutan sedimen selama 10 tahun ke depan, memprediksi
elevasi thalweg pada 17 penampang sungai di sekitar Jembatan Cikuya akan
mengalami pengendapan dengan pertambahan ketebalan thalweg tertinggi sebesar
0,59 m terjadi di penampang di bawah Jembatan Cikuya, 15 penampang sungai
diprediksi akan mengalami erosi, dan 7 penampang sungai diprediksi akan
mengalami keruntuhan tebing. Gerusan lokal di bawah abutment Jembatan Cikuya
terjadi karena aliran mengalami kontraksi pada sisi kanan jembatan dan diprediksi
mengalami gerusan sedalam 1,6 m jika terjadi debit banjir periode ulang 100 tahun.