Sungai Ciliwung dengan sumber mata air dari Gunung Parangro memiliki panjang 109 km dan luas DAS 347 km2 melewati Bogor, Depok dan bermuara di pantai utara DKI Jakarta. Setiap tahun di musim hujan beberapa ruas di Sungai Ciliwung, terutama antara ruas Cawang-Pintu Air Manggarai mengalami banjir. Maka dilakukan kegiatan pengendalian banjir Jakarta yaitu pembuatan sudetan dari Sungai Ciliwung ke Kanal Banjir Timur (KBT). Sudetan ini direncanakan dapat mengalirkan sebagian debit banjir Sungai Ciliwung ke Kanal Banjir Timur (KBT) sebesar 60 m3/det. Operasi dan pemeliharaan dilakukan dalam rangka menghindari atau memperkecil resiko terjadinya penurunan kinerja dan fungsi, sehingga fungsi sudetan dapat lestari dan berkelanjutan sesuai dengan yang diharapkan. Maka, akan dilakukan kajian metode operasi dan pemeliharaan sudetan Sungai Ciliwung ke Kanal Banjir Timur (KBT) dan pelaksanaan pembangunan inlet.
Dalam studi ini, dilakukan analisa hidrologi untuk mendapatkan debit banjir rencana pada Sungai Ciliwung dan Sungai Cipinang. Analisa hidrolika menggunakan software HEC-RAS dan metode pelimpah samping sehingga mengasilkan rating curve debit pada Sungai Ciliwung, Cipinang dan debit pengalihan pada sudetan. Analisa sedimen dilakukan di Sungai Ciliwung dan di dalam sudetan. Hasil analisa di atas digunakan untuk merencanakan operasi pintu dan pemeliharaan sudetan. Kemudian dilakukan analisa pelaksanaan konstruksi di inlet sudetan yang telah dilaksanakan di lapangan hingga tesis ini dibuat.
Dari analisa yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil debit banjir maksimum yang dapat ditampung Sungai Ciliwung sebelum normalisasi kurang dari Q2 sedangkan setelah normalisasi dapat menampung debit banjir ±Q70. Normalisasi Sungai Ciliwung yang dilakukan dapat menurunkan elevasi banjir hingga dua meter. Dari permodelan HEC-RAS sistem sudetan, Sungai Ciliwung sebelum dinormalisasi terjadi penurunan elevasi hingga 80 cm setelah adanya sudetan. Pada kondisi Sungai Ciliwung setelah dinormalisasi terjadi penurunan elevasi hingga 50 cm setelah adanya sudetan. Sedangkan pada kondisi Sungai Ciliwung setelah adanya sudetan terjadi penurunan elevasi hingga 2,75 m setelah dilakukan normalisasi. Dengan menggunakan metode pelimpah samping didapatkan debit pengalihan 60 m3/det terjadi ketika elevasi muka air di Sungai Ciliwung sebesar +12,5 dengan debit Sungai Ciliwung 449,83 m3/det dengan kondisi setelah normalisasi. Sedangkan saat kondisi sebelum normalisasi, pada elevasi +12,70. Hasil dari perhitungan metode profil aliran menunjukkan perbedaan elevasi muka air pada segmen hulu dan hilir pelimpah menunjukkan pada hilir pelimpah mengalami kenaikan muka air hingga 30,35 cm.
Hasil analisis besaran sedimen (mass in) pada kolam outlet yang masuk pada sudetan sebelum normalisasi Sungai Ciliwung lebih besar daripada setelah di normalisasi. Pada kondisi Sungai Ciliwung setelah normalisasi sedimen yang masuk sebesar 32,73 ton pada debit banjir rencana Q2, sedangkan pada kondisi sebelum normalisasi sebesar 54,47 ton. Sedimen yang masuk pada kolam outlet sebagian besar berupa pasir yang sangat halus dengan diameter rata-rata 0,088 mm. Dengan analisa diagram shield dan kurva Hjulström, maka butiran dengan diameter 0,088 mm tidak mengendap.
Untuk memenuhi debit pengalihan yang telah direncanakan, maka perlu dilakukan pembukaan dua pintu dengan ketinggian dari 1,1 m hingga 2,1 m. Untuk menghindari adanya kerusakan yang berat, dan menjaga bangunan agar sesuai dengan umur rencana maka perlu dilakukan adanya pemeliharaan berupa perawatan rutin, perawatan berkala, kegiatan perbaikan darurat, dan perbaikan permanen. Pekerjaan yang telah dilakukan di inlet yaitu jacking pipa beton di driving shaft; pemasangan ground anchor, wiremesh, dan shotcrete pada open channel inlet; pekerjaan bore pile untuk abutmen jembatan inspeksi; pekerjaan square pile; pekerjaan caping beam; pekerjaan kisdam di mulut inlet; pekerjaan slab pintu air; pekerjaan pemasangan abutmen untuk jembatan inspeksi.