digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Syamil Mumtaz
PUBLIC Perpustakaan Prodi Arsitektur

Kelurahan Cibangkong merupakan kawasan permukiman dengan kepadatan tinggi. Perkembangan hunian yang terjadi secara horizontal menyita lahan dan meminimalisir eksistensi ruang terbuka. Seiring berjalannya waktu kondisi lingkungan tersebut berakibat pada penurunan aspek kualitas fisik yang menyebabkan penurunan pada vitalitas kawasan. Degradasi lingkungan berdampak pada kondisi sosial ekonomi masyarakatnya. Tingkat kependudukan yang tinggi menyebabkan kebutuhan akan hunian yang semakin meningkat, namun hal ini tidak dibarengi dengan kemampuan daya beli masyarakat setempat yang mayoritas berpenghasilan rendah. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat urgensi dalam penyediaan hunian terjangkau pada kawasan. Upaya penanganan pada kondisi tersebut adalah melakukan urban renewal dengan strategi redevelopment guna meningkatkan daya dukung lahan dan vitalitas kawasan. Pembangunan kembali kawasan dilakukan dengan konsep pengembangan hunian vertikal dengan tujuan untuk mengoptimalkan fungsi lahan dan meningkatkan vitalitas kawasan. Strategi ini dikembangkan dengan tidak melakukan penggusuran dan tetap mempertahakan penduduk dengan menyediakan hunian bagi masyarakat setempat dan memungkinkan untuk menampung lebih banyak penduduk. Konsep perancangan kawasan dilakukan dengan pembangunan multifungsi, rasio pengembangan fungsi sebesar 70% hunian : 25% komersial : 5% fasilitas umum. Peruntukkan multifungsi bertujuan untuk menghidupkan kawasan selama 24 jam, letak fungsi yang berdekatan dapat dicapai dengan berjalan kaki sehingga akan mengurangi mobilitas penggunaan kendaraan. Pengembangan fungsi komersial saling bersinergi dengan fungsi pada kawasan sekitar yang bertujuan untuk mengembangkan perekonomian kawasan. Pelebaran jalan lokal menjadi jalan kolektor dilakukan sebagai upaya dalam kemudahan akses kendaraan dan pergerakan orang ke tiap fungsi bangunan. Pembangunan vertikal pada kawasan juga bertujuan untuk optimalisasi ruang terbuka hijau dengan 60% kawasan merupakan RTH yang difungsikan sebagai ruang publik dan area resapan agar terwujudnya kawasan permukiman yang berkelanjutan.