ABSTRAK Ega Ensha Mahendra
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 1 Ega Ensha Mahendra
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 2 Ega Ensha Mahendra
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 3 Ega Ensha Mahendra
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 4 Ega Ensha Mahendra
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 5 Ega Ensha Mahendra
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 6 Ega Ensha Mahendra
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
PUSTAKA Ega Ensha Mahendra
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
LAMPIRAN Ega Ensha Mahendra
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Kota Cirebon sebagai pusat metropolitan yang berfungsi sebagai pusat pelayanan perdagangan dan
jasa cenderung mengalami peningkatan kebutuhan perumahan akibat dari adanya urbanisasi yang
meningkatkan jumlah penduduknya secara signifikan yang identik dengan masyarakat berpenghasilan
rendah (MBR). Akibatnya keterbatasan lahan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pada kawasan
perumahan dan permukiman tidak dapat dihindari yang berpotensi menimbulkan kawasan kumuh
hingga liar. Sehingga diperlukan adanya pendekatan baik secara spasial dan substansional dengan
melakukan identifikasi keterkaitan variabel spasial terhadap perkembangan permukiman kumuh agar
tidak semakin meluas. Melalui penelitian ini, upaya tersebut akan dicapai dengan mengidentifikasi
pola, variabel, korelasi serta prioritas dan arahan kebijakan penanganan permukiman kumuh di Kota
Cirebon.
Data sekunder pada penelitian ini menggunakan data-data yang menjadi acuan dikeluarkannya Surat
Keputusan Wali Kota Cirebon Nomor 663/Kep.421-DPRKP/2021 tentang Penetapan Lokasi
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di Kota Cirebon. Sementara itu, data primer yang
didapatkan melalui kegiatan observasi akan mengkonfirmasi kondisi eksisting yang terdapat pada
ruang lingkup studi penelitian. Dalam mengidentifikasi sebaran permukiman kumuh digunakan tools
spatial autocorrelation (Moran Index) dengan bantuan software ArcGIS 10.7 yang di-overlay dengan
peta administrasi Kota Cirebon. Untuk memperkuat hasil analisis tersebut kemudian dilakukan
analisis spatial mean center dan analisis standard deviational ellips guna memproyeksi pergerakan
tumbuhnya permukiman kumuh terhadap orientasi wilayahnya. Adapun variabel-variabel yang
memiliki pengaruh munculnya permukiman kumuh ditentukan dengan menggunakan analisis statistik
berbasis metode step wise regression melalui tools explanatory regression yang dimodelkan terhadap
setiap kelurahan di Kota Cirebon baik secara global melalui tools ordinary least square (OLS)
maupun secara lokal melalui geographically weighted regression (GWR). Sementara itu, penentuan
prioritas dan pola penanganan permukiman kumuh dilakukan dengan menggunakan analisis skoring
yang dikaitkan secara deskriptif terhadap kondisi kepadatan penduduk dan status penggunaan lahan
berdasarkan pengkategorian pada Peraturan Menteri PUPR No. 14 Tahun 2018.
Hasil penelitian menunjukkan sebaran permukiman kumuh di Kota Cirebon cenderung memiliki pola
mengelompok (clustered) dan diduga memiliki arah tumbuh pergerakan dari barat daya ke timur laut
atau sebaliknya dengan melewati kawasan perkotaan. Adapun kawasan-kawasan tersebut memiliki
tipologi pada kawasan pesisir, sempadan sungai, sempadan rel kereta api, sempadan jalan, dan
kawasan pusat perkotaan. Variabel yang memiliki pengaruh terhadap munculnya permukiman kumuh
baru diantaranya yaitu kepadatan penduduk dan rataan jarak terhadap rel kereta yang memiliki
koefisien positif serta rataan jarak terhadap kawasan pesisir yang memiliki koefisien negatif. Dalam
upaya mengurangi kawasan permukiman kumuh hingga liar di Kota Cirebon dilakukan upaya pola
penanganan peremajaan pada prioritas tinggi – sedang dan pola penanganan pemugaran pada prioritas
rendah – sangat rendah yang dibersamai dengan pola penanganan permukiman kembali apabila
terdapat kawasannya yang berada pada kawasan yang tidak sesuai peruntukannya.