digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Startup adalah perusahaan yang dirancang untuk berkembang dengan cepat melalui teknologi. Indonesia menempati posisi pertama sebagai “The Most Startups in Southeast Asia 2022” mencapai 2.344 dengan decacorn berjumlah 2 dan unicorn berjumlah 9. Bekerja secara flexible menjadi salah satu factor alasan banyaknya generasi muda yang ingin bekerja di startup. Namun bekerja dengan fleksibel memberikan indikasi untuk selalu harus melakukan banyak hal dan kemauan untuk belajar hal baru yang menimbulkan kebiasaan hustle culture. Budaya ini merupakan neologisme dari pecandu kerja atau workaholic yang percaya bahwa mereka akan sukses di usia muda jika terus bekerja dan memiliki sedikit waktu untuk bersantai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh hustle culture dan (2) pengaruh hustle culture yang dimediasi oleh keterlibatan karyawan pada kinerja karyawan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan sample berjumlah 150 responden yaitu generasi milenial dan gen-z yang bekerja di startup. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis path dengan IBM SPSS statistic 25. Peneliti memiliki hipotesis jika hustle culture memiliki pengaruh signifikan pada kinerja karyawan (H1) dan hustle culture memiliki pengaruh signifikan pada kinerja karyawan yang dimediasi oleh keterlibatan karyawan (H2). Dengan menggunakan analisis path, terdapat dua hasil analisis jalur. Hasil pengaruh langsung, hustle culture tidak memiliki pengaruh pada kinerja karyawan (H1 ditolak) dengan nilai signifikan 0.272. Hasil pengaruh tidak langsung, hustle culture tidak memiliki pengaruh pada kinerja karyawan yang dimediasi oleh keterlibatan karyawan (H2 ditolak) dengan nilai signifikan 0.025 bertanda negatif. Peneliti memberika solusi, menciptakan work-life balance menjadi factor yang dapat menurunkan kebiasaan hustle culture dan meningkatkan keterlibatan karyawan dan kinerja karyawan.