Sebagai salah satu negara dengan konsumsi energi fosil terbesar mendorong adanya
peningkatan produksi minyak bumi di Indonesia melalui eksplorasi lapangan baru
ataupun peningkatan produktivitas sumur. Reservoir minyak sering ditemukan pada
batuan karbonat dengan porositas yang baik tetapi memiliki permeabilitas buruk.
Perekahan hidrolik merupakan teknik peningkatan permeabilitas dengan menganalisa
indeks kerapuhan. Fisika batuan digital adalah metode terkini untuk mendapatkan
properti elastik, sebuah parameter penting dalam estimasi kerapuhan dengan
mengkombinasikan CT-Scan batuan dan metode numerik. Studi ini berfokus pada
analisis pengaruh variasi konten mineral, tipe dan saturasi fluida, serta porositas
terhadap kerapuhan batuan. Selain itu mengestimasi indeks kerapuhan batuan karbonat
DCJ28 dengan variasi sub-kubik. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan
DJROPS GUI Program yang dikembangkan dari perhitungan elastisitas Garboczi,
1998. Data yang digunakan yaitu 2 citra digital batuan karbonat dengan ukuran 501 x
482 x 450 pixel yang dipotong menjadi sub-kubik dengan ukuran 50 pixel3 dan ukuran
1000 x 1000 x 750 pixel menjadi 100 pixel3. Perhitungan tegangan dan regangan
dengan pendekatan numerik untuk menghasilkan modulus elastik sehingga indeks
kerapuhan dapat diperkirakan. Hasil menunjukkan bahwa mineral kalsit, ankerit dan
dolomit merupakan mineral tahan terhadap gaya kompresi, geser dan tarik dibanding
mineral kuarsa namun mineral kuarsa tidak mudah terdeformasi yang tercitrakan oleh
nilai rasio Poisson. Peningkatan saturasi fluida menurunkan nilai modulus secara linear
pada kasus minyak dan secara mendadak pada kasus gas. Semakin besar total porositas
sebuah material atau batuan maka semakin elastis dan mudah berubah bentuk.
Pengaruh terhadap kerapuhan, meningkat ketika air digantikan fluida (minyak atau gas)
tetapi berkurang ketika kandungan kalsit, ankerit, dolomit serta total porositas semakin
besar. Sample karbonat DCJ28 memiliki porositas sebesar 24 % namun bervariasi
secara sub-kubik 3 – 65 % dan memiliki 3 mineral utama yaitu mineral kalsit, ankerite
dan kuarsa dengan mineral ankerite adalah mineral terbesar dengan segmentasi yang
di korelasi silang dengan data XRD dan sayatan tipis. Sub-kubik didapatkan secara
acak dan mewakili nilai maksimum atau minimum tertentu dimana masing-masing
bervariasi terhadap porositas dan mineral. Sub-kubik DNTY-9 mewakili porositasii
terbesar, volume fraksi mineral ankerite dan kuarsa terendah adalah sub-kubik dengan
modulus elastik terendah dan rasio Poisson terbesar sehingga menghasilkan indeks
kerapuhan terkecil sedangkan sub-kubik DNTY-10 menghasilkan nilai modulus geser
dan Young terbesar dan rasio Poisson terkecil tetapi memiliki indeks kerapuhan
terbesar. Sehingga kesimpulan dari studi ini, kalsit, ankerite, dolomit dan peningkatan
porositas membuat material semakin elastis tetapi semakin pori dipenuhi fluida akan
membuat sedikit lebih rapuh. Sedangkan rentang indeks kerapuhan dari sample
karbonat DCJ28 berkisar 12.3 – 535.9 yang mana DNTY-9 adalah sub-kubik yang
paling elastis sedangkan DNTY-10 merupakan sub-kubik paling kaku.