ABSTRAK Nabilah Shafira Milennianti
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
COVER Nabilah Shafira Milennianti
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB1 Nabilah Shafira Milennianti
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB2 Nabilah Shafira Milennianti
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB3 Nabilah Shafira Milennianti
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB4 Nabilah Shafira Milennianti
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB5 Nabilah Shafira Milennianti
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Nabilah Shafira Milennianti
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Kenaikan muka air laut menjadi permasalahan di era modern yang dipengaruhi oleh perubahan iklim akibat faktor sterik. Pada penelitian ini dilakukan perbandingan antara suhu permukaan laut (SPL) dan tinggi muka air laut (SSH) di Indonesia pada periode Mid-Holocene (MH), Pre-Industrial (PI), dan masa depan (future (FU) pada tahun 2300) dengan Representative Concentration Pathways (RCP) 8.5 menggunakan model Community Climate System Model version 4 (CCSM4). Hasil menunjukkan nilai rata-rata SPL lebih rendah pada Mid-Holocene dengan perubahan nilai sekitar -1°C pada musim MAM dan meningkat hingga masa depan sekitar 2°C, sedangkan nilai rata-rata SSH lebih rendah pada Mid-Holocene dengan perubahan nilai sekitar -0,1 m pada musim SON di Barat Sumatra dan meningkat di masa depan pada musim SON sekitar 0,1 m di Utara Papua. Korelasi rata-rata antara kedua parameter merupakan korelasi positif sebesar 0,55 (MH-PI) dan 0,8 (FU-PI). Laju rata-rata perubahan muka air laut di Indonesia cenderung lebih cepat pada FU-PI (sekitar 0,0074 mm/tahun) dibandingkan MH-PI (sekitar -0,0022 mm/tahun). Pola klimatologi SPL dan SSH di Barat Sumatra, Laut Banda, serta Utara Papua menunjukkan adanya penurunan SPL maupun SSH pada musim JJA dan terjadi kenaikan SPL maupun SSH pada musim SON. Hal tersebut diakibatkan adanya lag pada insolasi atau winter remnant effect. Analisis sinyal dengan transformasi Fourier menunjukkan bahwa spektrum sinyal yang dominan pada perubahan SPL maupun SSH diakibatkan oleh perioditas annual serta semi-annual untuk ketiga area. Terdapat perioditas interannual yang cukup tinggi namun tidak dominan sehingga interannual menjadi faktor pendukung yang mempengaruhi perubahan SPL dan SSH di Indonesia.