Perkembangan tutupan lahan di Kabupaten Subang menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan akan kebutuhan lahan terbangun akibat pesatnya pembangunan
infrastruktur transportasi dan industrialisasi yang terjadi. Hal ini dapat menyebabkan
berkurangnya kualitas dari lingkungan hidup. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk meneliti perkembangan tutupan lahan di Kabupaten Subang pada
tahun 2031 berdasarkan perhitungan kuantitatif dari metric Bentuk Perkotaan dan
pemodelan perkembangan tutupan lahan berdasarkan faktor-faktor yang telah
ditetapkan dan dihitung bobotnya menggunakan metode AHP. Faktor-faktor yang
diidentifikasi berpengaruh dalam perkembangan tutupan lahan di Kabupaten Subang
adalah faktor jarak dari: Jalan Tol, Arteri, Kolektor, Pelabuhan Patimban, Lahan
Terbangun, Industri Besar, Pusat Kegiatan, Badan Air, dan Kelerengan. Berdasarkan
perhitungan bobot faktor menggunakan metode AHP, teridentifikasi bahwa faktor
jarak dari Pelabuhan Patimban merupakan faktor dengan pengaruh paling besar
dengan skor 0,2365. Hasil dari pemodelan perkembagan tutupan lahan dengan
tingkat overall accuracy sebesar 90%, menunjukkan bahwa jenis tutupan lahan yang
paling banyak terkonversi menjadi built up adalah tutupan lahan crops dengan
persebaran konversi untuk scenario 1 banyak terjadi di lebih banyak mengarah
berada di Kecamatan Binong, Cibogo, Ciasem, dan Pamanukan sedangkan pada
skenario 2 perkembangannya lebih mengarah berada di Kecamatan Pusakanagara,
Cipendeuy, Cipunagara, Pamanukan dan Cibogo. Berdasarkan pemodelan tersebut,
didapat tingkat kesesuaian terhadap Rencana Pola Ruang dengan angka 60.62%
sedangkan pada skenario 2 mencapai 66.01%. apabila dibandingkan dengan Rencana
Pola Ruang. Dengan angka kesesuaian tersebut, didapat sebuah gap kesesuaian pada
skenario 1 sebesar 47,23% pada skenario 1 dan 35,86% pada skenario 2. Hal ini
mengindikasikan bahwa skenario 2 memiliki tingkat kesesuaian yang lebih tinggi
daripada skenario 1. Dengan adanya gap kesesuaian tersebut, dapat diidentifikasi
bahwa masih terdapat lahan-lahan yang disimulasikan akan terkonversi namun belum
terakomodasi didalam Rencana Pola Ruang. Hasil pemodelan perkembangan tutupan
lahan kemudian digunakan sebagai dasar dalam perhitungan kuantitatif metric
Bentuk Perkotaan yang kemudian menunjukkan hasil bahwa karakteristik Bentuk
Perkotaan pada tahun 2031 akan berkembang dengan tingkat densitas patch yang
semakin tinggi, tingkat kedekatan dan konektivitas antar patch yang semakin dekat
jaraknya dan terhubung serta tingkat indeks bentuk patch yang semakin beraturan.
Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik dinamika Bentuk Perkotaan yang terbentuk
mengarah kepada pola perkembangan Bentuk Perkotaan yang lebih compact. Terkait
dengan tipe dinamika Bentuk Perkotaan, didapat bahwa terdapat tipe pola ekspansi
tutupan lahan built up berupa aggregation yang membentuk pola ribbon yang
berkembang pada jaringan jalan tol dan arteri Jatibarang-Kadipaten & Pantura pada
scenario 2, sedangkan pada skenario 1 pola ribbon berkembang pada jaringan jalan
tol dan Jalan Jatibarang-Kadipaten. Ditemukan juga bahwa terdapat tipe dinamika
fragmentation yang memiliki pola leapfrog dimana pola tersebut terjadi secara
mengacak dan menyebar diluar lokasi yang mengalami perkembangan tutupan lahan
built up berdasarkan hasil pemodelan.