digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Nur Faizatus Sa'idah
PUBLIC Dewi Supryati

Bab I.pdf
PUBLIC Dewi Supryati

Bab II.pdf
PUBLIC Dewi Supryati

Bab III.pdf
PUBLIC Dewi Supryati

Bab IV.pdf
PUBLIC Dewi Supryati

Bab V.pdf
PUBLIC Dewi Supryati

Bab VI.pdf
PUBLIC Dewi Supryati

Bab VII.pdf
PUBLIC Dewi Supryati

Daftar Pustaka.pdf
PUBLIC Dewi Supryati

Lampiran.pdf
PUBLIC Dewi Supryati

Alat berat merupakan peralatan repairabel yang digunakan dalam dua aktivitas utama bisnis pertambangan batubara, yakni proses pemuatan (loading) dan pengangkutan (hauling). Jenis alat berat yang digunakan di antaranya dump truck, excavator, dan lain-lain. Apabila alat berat rusak, perusahaan akan mengalami kerugian. Untuk menjaga ketersediaan (availabilitas) alat berat, perusahaan pertambangan batubara cenderung melakukan subkontrak tindakan pemeliharaan kepada Original Equipment Manufacturing (OEM, selanjutnya akan disebut pemanufaktur) atau agen pemeliharaan. Subkontrak yang dilakukan perusahaan kepada pemanufaktur/agen dilakukan dalam kerangka kontrak pemeliharaan. Penelitian yang akan dilakukan mempertimbangkan bahwa kontrak pemeliharaan yang dipilih perusahaan harus memuat tindakan pemeliharaan lengkap, mencakup Pemeliharaan Pencegahan (PP) dan Pemeliharaan Korektif (PK) selama [0, L], yakni usia saat alat berat dijual hingga usia alat berat berakhir. Kontrak pemeliharaan yang ditawarkan oleh pemanufaktur/agen dapat berbentuk kontrak 1D (dengan pembatas berupa waktu, misal kontrak sepanjang 1 tahun). Kontrak pemeliharaan lain yang ditawarkan adalah kontrak 2D (dengan pembatas berupa waktu dan penggunaan, misal kontrak sepanjang 1 tahun dan/atau 100.000 km). Tindakan PK yang dilakukan selama masa garansi hanya dapat dilakukan oleh pemanufaktur karena termasuk dalam paket garansi. Berbeda dengan tindakan PP pada rentang waktu [0, W], tindakan ini dapat dilakukan baik oleh pemanufaktur maupun agen. Setelah masa garansi berakhir hingga masa hidup alat berat berakhir yaitu rentang [W, L], tindakan PP dan PK menjadi tanggung jawab perusahaan batubara yang dipenuhi dengan cara memilih penawaran kontrak pemeliharaan dari pemanufaktur dan/atau agen. Formulasi pengaruh tindakan PP dapat berupa reduksi pada (i) fungsi intensitas kerusakan, dan (ii) umur maya (virtual age). Kebaruan pertama dalam penelitian yang dilakukan adalah memformulasikan pengaruh tindakan PP tersebut dengan mempertimbangkan reliabilitas dan availabilitas alat berat. Dua model kontrak pemeliharaan yang akan dikembangkan dalam penelitian ini, yakni kontrak pemeliharaan 1D dengan PP tidak sempurna dengan pengaruh (i) pengurangan fungsi intensitas kerusakan, dan (ii) pengaruh pengurangan umur maya. Dua model lanjutan adalah formulasi kontrak pemeliharaan 2D dengan PP tidak sempurna dengan pengaruh (i) pengurangan fungsi intensitas kerusakan, dan (ii) pengaruh pengurangan umur maya. Masalah keputusan bagi tiga pihak yang terlibat dimodelkan dengan formulasi teori permainan. Model keputusan untuk mendapatkan keputusan optimal melibatkan optimisasi 2 (dua) tingkat. Pada tingkat pertama optimisasi melibatkan pihak pemanufaktur dan agen, dan pada tingkat kedua optimisasi melibatkan pihak agen dan konsumen. Di samping itu, untuk setiap tingkat, fungsi optimisasi yang meliputi fungsi tujuan dan fungsi pembatas berjenis mix-integer nonlinier. Pembahasan menunjukkan bahwa masalah optimisasi jenis ini tidak bisa diselesaikan dengan metode analitik, namun dengan pendekatan metode numerik dan metode heuristik. Akan digunakan beberapa pendekatan algoritma evolusioner dan dilakukan pengembangan algoritma dalam usaha pencarian solusi terbaik (best) yang mungkin. Hal ini diharapkan menjadi kebaruan kedua yang dilakukan dalam penelitian ini. Penelitian ini mempertimbangkan bahwa posisi pemanufaktur dan agen tidak setingkat (dalam artian hubungan satu dengan lainnya dalam bentuk hirarki), demikian pula dengan perusahaan pertambangan batubara yang bertindak sebagai konsumen. Pola hubungan tiga pihak yang terlibat dirumuskan dengan pendekatan optimisasi dua-tingkat dan teori permainan. Optimisasi tingkat pertama adalah optimisasi keputusan yang diambil antara pemanufaktur dan agen. Optimisasi tingkat kedua yakni optimisasi keputusan yang diambil antara agen dan konsumen. Pada tingkat pertama, pemanufaktur menempati posisi pemimpin (leader) dalam pengambilan keputusan sedangkan agen menempati posisi pengikut (follower) bagi pemanufaktur. Hubungan pemanufaktur dan agen dapat berkooperasi maupun berkompetisi dalam melakukan pemeliharaan yang mencakup tindakan PP dan PK. Pada tingkat kedua, agen menempati posisi pemimpin (leader) bagi konsumen yang bertindak sebagai pengikut (follower). Penelitian ini mengembangkan model Esmaeili dari produk non-repairable menjadi produk repairable. Dengan demikian, pengembangan model perlu melibatkan Pemeliharaan Pencegahan (PP) karena produk bersifat repairable. Pendekatan Genetic Algorithm (GA) akan dikembangkan untuk mencari keputusan optimal dalam kasus kontrak pemeliharaan.