Indonesia bagian timur terletak di wilayah tektonik sangat kompleks yang
dihasilkan dari tumbukan lempeng Australia dengan busur Banda, serta interaksi
lempeng Pasifik dengan lempeng Filipina. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis seismisitas di wilayah Indonesia bagian timur berdasarkan relokasi
hiposenter gempabumi menggunakan model kecepatan gelombang seismik 3-D,
khususnya untuk gempabumi Lombok, Palu, dan Mamasa tahun 2018; untuk
mengetahui struktur kecepatan gelombang P di Zona Transisi Busur Sunda-Banda
(ZTBSB) berdasarkan tomografi waktu tempuh yang dapat menjelaskan kondisi
tektonik pada zona tersebut, terutama terkait penyebab perbedaan produk
gunungapi aktif di ZTBSB yang lebih banyak mengandung bahan continental
dibandingkan di busur Sunda. Proses relokasi hiposenter dilakukan dengan metode
teleseismic double-difference yang menggabungkan fasa waktu tiba gelombang P
dan S dari stasiun dengan jarak lokal, regional, dan teleseismik dari Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan International Seismological
Centre (ISC) untuk periode April 2009 sampai November 2018. Hasil relokasi
hiposenter memberikan pandangan yang lebih baik tentang seismisitas di Indonesia
bagian timur selama periode penelitian, mempertajam lokasi hiposenter, dan
interpretasi fitur seismogenik di zona transisi busur Sunda-Banda, busur Banda,
Zona Tumbukan Laut Maluku, Sulawesi, dan Papua. Serangkaian gempa Lombok
pada bulan Juli-Agustus 2018 menunjukan bahwa gempa ini disebabkan oleh
branch-fault dari fold-thrust belt, dimulai oleh foreshock Mw 6.4 (28 Juli 2018),
kemudian diikuti mainshock di kedua sisi pada rupture area yang berbeda: Gempa
Mw 7.0 (5 Agustus 2018) merambat ke arah barat Lombok, sedangkan gempa Mw
6.9 (19 Agustus 2018) merambat ke arah timur. Gempa Palu (Sulawesi Tengah)
Mw 7.5 (28 September 2018) terjadi di sepanjang Sesar Palu-Koro, mengisi seismic
gap gempa Mw? 6.0 sejak tahun1900. Umumnya, distribusi gempa susulannya
berlokasi di sebelah timur Sesar Palu-Koro, mengindikasikan bahwa sesar ini
memiliki dipping ke arah timur. Sekitar 30 hari sejak gempa utama Palu, terjadi
gempa swarm di Mamasa (Sulawesi Barat), pola seismisitas hasil relokasi dan
mekanisme fokus menunjukan bahwa gempa-gempa ini disebabkan oleh sesar
normal sepanjang ~50 km dari utara ke selatan dengan sudut dip ~45° ke arah timur.
Pada zona tranisisi busur Sunda-Banda menggunakan waveform dari 30 stasiun
seismik temporal jaringan YS tahun 2014-2016 yang diperoleh dari IRIS Data
Management Center, 576 hiposenter telah ditentukan menggunakan Hypoellipse,
kemudian 415 direlokasi menggunakan HypoDD. Perhitungan tomografi seismik
waktu tempuh menggunakan simulPS dari data ini menghasilkan tomogram
kecepatan gelombang P yang dapat menjelaskan beberapa struktur penting di
ii
daerah ini, terutama untuk kedalaman sampai 200 km. Di utara pulau Flores
tercitrakan anomali kecepatan tinggi pada kedalaman 20 km yang kemungkinan
berasosiasi dengan fold-thrust belt. Subduksi litosfer samudera yang berkaitan
dengan konvergensi Australia dan Sundaland, tercitrakan sebagai zona kecepatan
tinggi yang memanjang hingga kedalaman ~200 km. Selain itu tercitrakan dua zona
kecepatan rendah yang berbeda, satu tepat di atas slab, yang kemungkinan
berasosiasi dengan zona partial melting, dan satu lagi di kisaran kedalaman 0-40
km, yang kemungkinan berupa ruang magma yang berasosiasi dengan gunungapi
aktif di daerah ini. Zona kecepatan tinggi yang menunjam ke arah utara membagi
dua anomali kecepatan rendah yang diinterpretasikan sebagai continental
microplate yang kemungkinan turut mengkontaminasi pasokan magma di bawah
gunungapi aktif di kepulauan Flores yang menyebabkan gunung api tersebut
banyak mengandung bahan continental.