ABSTRAK Aditya Putra Budiyanto
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Seiring meningkatnya emisi karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan dari sektor transportasi,
terdapat dorongan yang tinggi untuk mengadopsi mobil listrik sebagai alternatif yang
mengurangi emisi CO2 dari sektor transportasi. Keberhasilan sejumlah negara industri maju
dalam mendorong adopsi mobil listrik untuk mereduksi emisi CO2 tidak diikuti oleh
keberhasilan yang sama di negara berkembang.
Penelitian mengembangkan suatu model dengan pendekatan Dinamika Sistem untuk
menganalisis dampak CO2 yang dihasilkan dari proses adopsi mobil listrik. Model yang
dikembangkan mencakup empat sektor, yaitu Sektor Transportation, Sektor Market, Sektor
Energy dan Sektor Emission. Proses adopsi mobil listrik digambarkan pada Sektor Transportasi
yang dimodelkan dengan menggunakan model Bass. Sektor Market menggambarkan potensi
pasar mobil, baik mobil listrik maupun mobil berbahan bakar fosil, yang dimodelkan sebagai
fungsi dari GNI PPP (Gross National Income Purchasing Power Parity). Sektor Emission
menggambarkan emisi CO2 yang dihasilkan dari Sektor Transportation dan Sektor Energy.
Parameter model ditentukan dengan menggunakan data Indonesia, dan tipe mobil listrik yang
dimodelkan adalah BEV (Battery Electric Vehicle).
Berdasarkan hasil simulasi model diperoleh gambaran bahwa adopsi mobil listrik di negara
berkembang dengan sumber energi yang masih didominasi oleh sumber energi berbasis fosil
berpotensi meningkatkan emisi CO2. Melalui penggunaan mobil listrik, emisi CO2 secara
langsung dari Sektor Transportation akan berkurang, tetapi akan terjadi peningkatan emisi
CO2 dari Sektor Energy sebagai akibat penggunaan bahan bakar fosil untuk produksi energi
listrik yang diperlukan untuk pengoperasian mobil listrik. Promosi adopsi mobil listrik tanpa
disertai perubahan bauran energi dengan dominasi EBT (Energi Baru dan Terbarukan) hanya
akan memindahkan sumber emisi CO2 yang semula berasal dari Sektor Transportation ke
Sektor Energy.
Lebih lanjut, peningkatan efisiensi mobil listrik, dalam hal ini baterai yang digunakan memiliki
potensi untuk mereduksi emisi CO2 baik dari Sektor Transportation maupun dari Sektor
Energy. Hal ini mengindikasikan perlunya standarisasi efisiensi mobil listrik yang dapat
digunakan di negara berkembang. Penggunaan mobil listrik dengan efisiensi baterai yang
rendah akan mendorong kebutuhan pasokan energi listrik yang lebih tinggi dari Sektor Energy.