Bidang pendanaan Modal Ventura (VC) telah mengalami evolusi yang luar biasa, khususnya dalam konteks negara-negara berkembang, dimana dinamisme kewirausahaan sedang meningkat. Khususnya, Asia Tenggara (SEA) telah muncul sebagai negara yang menjanjikan, sebagaimana dibuktikan oleh kinerjanya yang luar biasa dalam penggalangan dana VC. Meskipun demikian, tingkat keberhasilan VC cukup rendah, dengan 75 persen bisnis yang didukung ventura gagal mengembalikan uang tunai kepada investornya dan 30 hingga 40 persen dari 75 persen tersebut melikuidasi asetnya, sehingga investornya kehilangan seluruh investasinya (Ghosh, 2012). Dengan latar belakang ini, penelitian ini memulai eksplorasi perilaku perusahaan modal ventura di Asia Tenggara dan proses pengambilan keputusan yang rumit. Dengan menentukan parameter signifikan, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat keberhasilan perusahaan VC dan berkontribusi untuk memperkaya literatur VC.
Memanfaatkan kerangka komprehensif yang dikembangkan oleh Gompers et al. (2023), penelitian ini bertujuan untuk menguraikan lanskap beragam operasi VC di salah satu ekosistem kewirausahaan paling dinamis di dunia. Studi kasus, sebuah pendekatan mapan dalam studi eksplorasi, berfungsi sebagai metodologi panduan untuk mengungkap tema dan wawasan baru yang diperoleh dari responden perusahaan modal ventura.
Dengan menggunakan wawancara semi-struktur, penelitian ini menyiratkan bahwa struktur & strategi dana VC, tahapan start-up, kinerja start-up, tim manajemen, metode penilaian start-up, exit, dan manajemen risiko mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menentukan keputusan investasi perusahaan VC di Asia Tenggara. Analisis lintas kasus digunakan untuk menguji bagaimana parameter diprioritaskan dan dipertimbangkan oleh perusahaan VC dalam setiap kelompok. Grup ini terdiri dari GVC (Government Venture Capital), CVC (Corporate Venture Capital), dan IVC (Independent Venture Capital).
Penelitian ini merupakan salah satu upaya perintis untuk menerapkan kerangka kerja Gompers et al. (2023) dalam konteks Asia Tenggara. Hal ini memperluas literatur yang ada dengan memperkenalkan dua parameter pengukuran baru: “burn rate” dan “runway.” Parameter-parameter ini, yang masing-masing berkaitan dengan tingkat pengeluaran startup dan keberlanjutannya dari waktu ke waktu, memberikan pemahaman yang lebih kaya tentang dinamika keuangan yang mengatur investasi perusahaan VC di Asia Tenggara.