Kehadiran pandemi Covid-19 yang telah menimbulkan dampak global bagi kesehatan serta memukul semua industri perekonomian masyarakat. Di antara industri yang ada, industri penerbangan adalah salah satu yang paling terpukul dan menjadikannya sebagai salah satu masa paling gelap dalam industri penerbangan. Garuda Indonesia selaku maskapai Indonesia merasakan dampak yang signifikan dari hal tersebut. Tak butuh waktu lama, kurang lebih dua tahun sejak pandemi Covid-19, Garuda Indonesia mengalami penumpukan utang dan terancam bangkrut. Pada umumnya, perusahaan yang memiliki keunggulan dapat bertahan dan tetap bersaing dari kondisi yang sulit serta tekanan persaingan di dalam suatu industri. Hal tersebut membuat Garuda Indonesia perlu menyadari posisi mereka dalam persaingan, meninjau kembali kondisi internal dan eksternal perusahaan, serta memaksimalkan apa menjadi keunggulan bersaingnya.
Informasi pada penelitian ini diperoleh melalui studi pustaka terkait dengan industri penerbangan, observasi, dan divalidasi melalui wawancara. Data yang telah terkumpul digunakan sebagai dasar dalam menganalisis lingkungan eksternal dan internal perusahaan, kemudian dirumuskan strategi arah perusahaan, lalu menilai kualitas anak perusahaan melalui strategi portofolio. Kondisi eksternal memberikan peluang yang menarik bagi industri penerbangan, khususnya bagi Garuda Indonesia, namun secara internal perusahaan, terdapat masalah yang menggerogoti tubuh Garuda Indonesia dari dalam, seperti kurang efektif dan efisiennya cara bisnis berjalan, kurangnya fungsi monitor dan kontrol, serta level diversifikasi yang terlalu jauh dari core competency perusahaan. Hal tersebut pada akhirnya yang mengakselerasi kondisi Garuda Indonesia yang terperosok kedalam jurang krisis bahkan ancaman kebangkrutan.
Berdasarkan hasil analisis, posisi Garuda Indonesia berada di kuadran retrenchment, yang mana perusahaan perlu menerapkan strategi bertahan, namun tetap berkompetisi dengan sumber daya yang terbatas. Untuk dapat kembali ke kondisi prima, Garuda Indonesia perlu melakukan beberapa pembenahan seperti 1) rasionalisasi sumber daya, 2) transformasi budaya, 3) merampingkan struktur perusahaan, dan 4) optimasi jaringan dan kerjasama.