digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Hirarki keruntuhan bangunan merupakan faktor penting dalam desain suatu bangunan gedung. Dimana pada hirarki keruntuhan bangunan open frame, joint harus lebih kuat dari balok dan kolom. Untuk mendapatkan joint yang kuat, joint harus memiliki perilaku histeretik yang baik. Perilaku tersebut meliputi kekuatan geser dan kinerja deformabilitas joint. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana parameter-parameter tertentu mempengaruhi perilaku histeretik interior joint. Parameter tersebut terdiri dari kuat tekan beton, kuat leleh baja tulangan, joint hoops, dan gaya aksial. Untuk meninjau parameter-parameter tersebut dilakukan metodologi penelitian berupa analisis statistik yang berasal dari sekumpulan database hasil-hasil penelitian sebelumnya. Analisis statistik pada penelitian ini menggunakan metode Pearson Product Moment (PPM) dengan hasil perhitungan berupa koefisien korelasi (CC). Dalam menghitung kuat geser joint dapat menggunakan tiga metode berikut, yaitu SNI 2847:2019, Softened Strut-and-Tie, dan Park and Paulay Model. Dengan metode SNI 2847:2019, joint hoops berperan sebagai pengekang seperti pada kolom daerah sendi plastis. Sehingga joint hoops akan sulit dikonstruksi di lapangan. Kemudian kekuatan geser joint dapat dihitung juga menggunakan Softened Strut-and-Tie (SST). Model SST menunjukkan bahwa joint hoops berperan sebagai penahan gaya tarik, sehingga kebutuhan joint hoops dapat lebih dioptimasi. Alternatif lain untuk menghitung kuat geser joint, yaitu menggunakan Park and Paulay Model. Maka dilakukan pula evaluasi keakuratan ketiga metode tersebut dengan menghitung nilai rata – rata dan nilai covariance Vjh test/Vn. Dari hasil pengumpulan database yang dihitung secara statistik untuk spesimen yang mengalami kegagalan beam failure, parameter yang mempengaruhi kuat geser joint adalah kuat tekan beton dengan korelasi positif sedang, kuat leleh tulangan dan gaya aksial dengan korelasi positif tinggi, serta rasio joint hoops dengan korelasi negatif sedang. Kemudian parameter yang mempengaruhi deformabilitas joint adalah kuat tekan beton dengan korelasi negatif sedang, sedangkan parameter kuat leleh tulangan korelasi negatif tinggi, dan gaya aksial korelasi negatif sedang. Selanjutnya untuk spesimen yang mengalami kegagalan joint failure, parameter yang mempengaruhi kuat geser joint adalah kuat tekan beton dengan korelasi positif tinggi. Sementara parameter joint hoops sangat penting untuk spesimen yang mengalami kegagalan joint failure (JF), karena parameter tersebut berpengaruh dalam meningkatkan rasio damping efektif (korelasi positif sedang). Rumusan kuat geser joint yang memberikan estimasi paling akurat adalah SNI 2847:2019 dengan dengan nilai rata – rata Vjh test/Vn sebesar 1,12 dan nilai covariance sebesar 0,20.