Kegagalan yang terjadi pada hubungan balok-kolom umumnya adalah kegagalan
yang disebabkan oleh geser, sehingga diperlukan kekuatan geser yang memadai
untuk menghindari terjadinya kegagalan pada hubungan balok-kolom. Pada
persyaratan ACI 318-14, kekuatan geser pada joint hanya dipengaruhi oleh
geometri, luasan joint efektif dan kuat tekan beton. Keberadaan joint hoops tidak
mempengaruhi kekuatan geser joint, sementara kebutuhan joint hoops pada
persyaratan oleh ACI 318-14 mengikuti persyaratan tulangan pengekang
(confinement) pada kolom. Kebutuhan tulangan pengekang ini semakin bertambah
seiring dengan meningkatnya gaya aksial dan mutu beton. Selain persyaratan ACI
318-14, kekuatan geser joint juga dapat dihitung dengan menggunakan model
Softened Strut-and-Tie (SST) dan metode yang diusulkan oleh Park dan Paulay.
Model SST menunjukkan bahwa joint hoops berfungsi sebagai penahan tarik,
sehingga kebutuhan joint hoops dapat dikurangi. Adanya perbedaan pendapat ini
memunculkan pertanyaan mengenai parameter apa saja yang mempengaruhi
kekuatan geser pada joint serta bagaimana pengaruhnya terhadap deformabilitas
joint.
Penelitian ini merupakan studi mengenai parameter yang mempengaruhi perilaku
histeretik balok-kolom eksterior. Parameter yang ditinjau adalah kekuatan tekan
beton, kuat leleh baja tulangan longitudinal balok, rasio joint hoops dan rasio gaya
aksial kolom. Sebanyak lima puluh spesimen hubungan balok-kolom eksterior
digunakan sebagai database pada penelitian ini, yang didapatkan dari pengujian
yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Dilakukan analisis secara
statistik dengan metode Pearson Product Moment (PPM) terhadap seluruh database
untuk mengetahui keeratan korelasi dari masing-masing parameter terhadap
perilaku histeretik joint. Perilaku histeretik joint yang dikaji pada penelitian ini
adalah kekuatan dan deformabilitas joint. Setelah mengetahui parameter yang
mempengaruhi kekuatan geser joint, maka dilakukan evaluasi terhadap akurasi dari
ketiga rumusan kekuatan geser joint tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian ini, untuk spesimen dengan tipe kegagalan beam
failure, parameter yang mempengaruhi kekuatan geser joint adalah kekuatan tekan
beton dan kuat leleh baja tulangan longitudinal balok dengan korelasi positif.
ii
Sementara parameter yang mempengaruhi deformabilitas joint adalah kuat leleh
baja tulangan longitudinal balok dengan korelasi negatif. Untuk spesimen dengan
tipe kegagalan beam failure, rasio joint hoops tidak berpengaruh terhadap kekuatan
maupun deformabilitas joint. Sehingga ada kemungkinan bahwa kebutuhan joint
hoops dapat dioptimasi selama desain balok dan kolom memenuhi persyaratan
desain ACI 318-14 yang mensyaratkan bahwa rasio kekuatan momen kolom-balok
harus lebih besar sama dengan 1.2, yang dimaksudkan untuk mendukung perilaku
strong-column weak-beam.
Selanjutnya untuk spesimen dengan tipe kegagalan joint failure, parameter yang
mempengaruhi kekuatan geser joint adalah kekuatan tekan beton dan rasio joint
hoops dengan korelasi positif. Sementara parameter yang mempengaruhi
deformabilitas joint adalah kekuatan tekan beton dengan korelasi negatif. Untuk
spesimen dengan tipe kegagalan joint failure, rasio joint hoops sangat berperan
penting terhadap kekuatan geser joint.
Setelah dilakukan evaluasi terhadap rumusan kekuatan geser joint, model SST
menghasilkan kekuatan geser yang lebih akurat dengan nilai rata-rata Vtest/Vn
sebesar 1.43 dan nilai covariance sebesar 0.25.