digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kegagalan yang terjadi pada hubungan balok-kolom umumnya adalah kegagalan yang disebabkan oleh geser, sehingga diperlukan kekuatan geser yang memadai untuk menghindari terjadinya kegagalan pada hubungan balok-kolom. Pada persyaratan ACI 318-14, kekuatan geser pada joint hanya dipengaruhi oleh geometri, luasan joint efektif dan kuat tekan beton. Keberadaan joint hoops tidak mempengaruhi kekuatan geser joint, sementara kebutuhan joint hoops pada persyaratan oleh ACI 318-14 mengikuti persyaratan tulangan pengekang (confinement) pada kolom. Kebutuhan tulangan pengekang ini semakin bertambah seiring dengan meningkatnya gaya aksial dan mutu beton. Selain persyaratan ACI 318-14, kekuatan geser joint juga dapat dihitung dengan menggunakan model Softened Strut-and-Tie (SST) dan metode yang diusulkan oleh Park dan Paulay. Model SST menunjukkan bahwa joint hoops berfungsi sebagai penahan tarik, sehingga kebutuhan joint hoops dapat dikurangi. Adanya perbedaan pendapat ini memunculkan pertanyaan mengenai parameter apa saja yang mempengaruhi kekuatan geser pada joint serta bagaimana pengaruhnya terhadap deformabilitas joint. Penelitian ini merupakan studi mengenai parameter yang mempengaruhi perilaku histeretik balok-kolom eksterior. Parameter yang ditinjau adalah kekuatan tekan beton, kuat leleh baja tulangan longitudinal balok, rasio joint hoops dan rasio gaya aksial kolom. Sebanyak lima puluh spesimen hubungan balok-kolom eksterior digunakan sebagai database pada penelitian ini, yang didapatkan dari pengujian yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Dilakukan analisis secara statistik dengan metode Pearson Product Moment (PPM) terhadap seluruh database untuk mengetahui keeratan korelasi dari masing-masing parameter terhadap perilaku histeretik joint. Perilaku histeretik joint yang dikaji pada penelitian ini adalah kekuatan dan deformabilitas joint. Setelah mengetahui parameter yang mempengaruhi kekuatan geser joint, maka dilakukan evaluasi terhadap akurasi dari ketiga rumusan kekuatan geser joint tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ini, untuk spesimen dengan tipe kegagalan beam failure, parameter yang mempengaruhi kekuatan geser joint adalah kekuatan tekan beton dan kuat leleh baja tulangan longitudinal balok dengan korelasi positif. ii Sementara parameter yang mempengaruhi deformabilitas joint adalah kuat leleh baja tulangan longitudinal balok dengan korelasi negatif. Untuk spesimen dengan tipe kegagalan beam failure, rasio joint hoops tidak berpengaruh terhadap kekuatan maupun deformabilitas joint. Sehingga ada kemungkinan bahwa kebutuhan joint hoops dapat dioptimasi selama desain balok dan kolom memenuhi persyaratan desain ACI 318-14 yang mensyaratkan bahwa rasio kekuatan momen kolom-balok harus lebih besar sama dengan 1.2, yang dimaksudkan untuk mendukung perilaku strong-column weak-beam. Selanjutnya untuk spesimen dengan tipe kegagalan joint failure, parameter yang mempengaruhi kekuatan geser joint adalah kekuatan tekan beton dan rasio joint hoops dengan korelasi positif. Sementara parameter yang mempengaruhi deformabilitas joint adalah kekuatan tekan beton dengan korelasi negatif. Untuk spesimen dengan tipe kegagalan joint failure, rasio joint hoops sangat berperan penting terhadap kekuatan geser joint. Setelah dilakukan evaluasi terhadap rumusan kekuatan geser joint, model SST menghasilkan kekuatan geser yang lebih akurat dengan nilai rata-rata Vtest/Vn sebesar 1.43 dan nilai covariance sebesar 0.25.